Stok Berlebih, Harga Minyak di Timur Tengah Didiskon!

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 February 2019 15:57
Hingga pukul 14:15 WIB, hanya minyak jenis Brent turun 0,24% ke posisi US$ 66,96/barel.
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali mengarah ke level bawah pada siang ini, Senin (25/2/2019), setelah pekan lalu menguat.

Hingga pukul 14:15 WIB, hanya minyak jenis Brent untuk patokan Eropa dan Asia turun 0,24% ke posisi US$ 66,96/barel, setelah sebelumnya naik 0,07% pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (22/2/2019).

Adapun harga minyak jenis lightsweet (WTI) untuk patokan pasar Amerika kembali amblas 0,14% ke level US$ 57,18/barel, setelah naik 0,53% Jumat lalu.

Selama sepekan, harga minyak terapresiasi 1,8% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun, harga emas hitam ini tercatat naik sekitar 25%.



Turunnya harga minyak kuat dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan dari Amerika Serikat (AS). Minggu lalu Energi Information Administration (EIA) mengatakan bahwa produksi minyak AS kembali menembus rekor di posisi 12 juta barel/hari.

Pelaku pasar mengatakan bahwa meningkatnya produksi minyak AS memaksa produsen minyak, terutama yang berasal dari Timur Tengah untuk menjual minyaknya dengan harga diskon, mengutip Reuters.


Bahkan minyak Murban asal Abu Dhabi telah dijual ke Asia dengan diskon dari harga jual resminya (Official Selling Price/OSP) selama 4 bulan berturut-turut. Berdasarkan laporan Reuters, perusahaan pengiriman telah membeli minyak dengan harga diskon antara US$ 0,05 - US$ 0,4 per barel pada 4 bulan pertama 2019.

Nampaknya peningkatan produksi minyak AS memberikan sentimen yang lebih kuat dibanding pengurangan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pasalnya pelemahan harga minyak terjadi di tengah program pengurangan pasokan minyak OPEC yang masih terus berjalan.


Teranyar, pada Januari OPEC telah memangkas produksi minyaknya hingga 797.000 barel/hari, hanya kurang sedikit lagi dari target kesepakatan yang sebesar 800.000 barel/hari.

Ditambah lagi adanya sanksi AS atas Iran dan Venezuela juga turut menghambat rantai pasokan minyak di pasar global.

Namun memang, belum ada bukti-bukti baru dari OPEC beserta Rusia dan sekutunya perihal pemangkasan produksi hingga 1,2 juta barel/hari seperti yang telah disepakati pada Desember 2018 silam.

Alhasil, pelaku pasar masih terus dibayang-bayangi banjir pasokan di tengah perlambatan ekonomi dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular