
Notula Rapat The Fed Bakal Picu Reli SUN Berlanjut
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 February 2019 09:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik dari risalah rapat The Federal Open Market Committee ( FOMC) bank sentral AS, The Fed, yang diterbitkan semakin menjaga pasar obligasi tetap di zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (21/2/2019).
Hasil positif itu juga diprediksi membuat pasar obligasi meneruskan reli yang terjadi sejak awal pekan ini. Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan risalah (minutes of meeting) semalam menunjukkan bahwa The Fed sepakat tidak yakin untuk menaikkan suku bunga acuan mereka tahun ini.
"Dalam risalah tersebut juga menguraikan pesan dovish [nada kalem] yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa The Fed akan lebih sabar untuk menaikkan tingkat suku bunga dan akan lebih fleksibel dalam menyusutkan neraca," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (20/2/19).
Menurut dia, beberapa pejabat The Fed juga menyampaikan bahwa kenaikan tingkat suku bunga diperlukan hanya apabila hasil inflasi lebih tinggi dari perkiraan pasar.
Beberapa faktor lain yang sangat mempengaruhi keputusan moneter tersebut adalah data yang lebih rendah dari estimasi, ketidakpastian kebijakan perdagangan, shutdown (penutupan sementara) pemerintahan yang dilakukan oleh Amerika Serikat serta kekhawatiran terhadap prospek pendapatan perusahaan.
Meskipun demikian, Pilarmas Sekuritas menilai faktor positif kalemnya The Fed berpotensi turut mendorong pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini untuk lebih berani, setidaknya membuka peluang penurunan suku bunga acuan.
Faktor Bank Indonesia tersebut, lanjut Nico dan tim, membuat pergerakan positif obligasi menjadi lebih terbatas hari ini.
"Oleh sebab itu kami merekomendasikan beli, hal ini dengan volume terbatas hingga (adanya) hasil Rapat Dewan Gubernur."
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat di tengah positifnya pasar keuangan dalam negeri.
Penguatan tersebut melanjutkan reli harga surat utang negara (SUN) yang terjadi sejak Senin pekan ini (18/2/19).
Pada akhir pekan lalu, tingkat imbal hasil (yield) SUN acuan seri 10 tahun masih berada pada 8,01%, dan pada penutupan perdagangan kemarin sudah turun 10 basis poin (bps) menjadi 7,91%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, juga memprediksi pasar obligasi pemerintah domestik rupiah masih akan menguat terbatas hari ini, meskipun justru menilai tingkat dovish notula pertemuan FOMC tidak seperti yang diperkirakan.
"Redaksional di dalam risalah rapat mengindikasikan bahwa stance kebijakan moneter The Fed ke depan masih menunggu perkembangan ekonomi AS, dibandingkan dengan mengkonfirmasi tidak adanya kenaikan atau bahkan penurunan suku bunga acuan di tahun ini."
Merespons kondisi The Fed, Dhian memprediksi kebijakan ahead of the curve (mendahului pasar) dari BI tampaknya masih akan diterapkan bank sentral terkait dengan kebijakan moneternya ke depan sehingga harga SUN berpotensi menguat pascarilis hasil RDG pada hari ini.
Dia juga mengatakan sentimen positif juga masih datang dari ekspektasi atas hasil positif dari negosiasi dagang AS dengan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Harga Empat Seri Acuan SUN Naik Lagi, Apa Sih Pemicunya?
Hasil positif itu juga diprediksi membuat pasar obligasi meneruskan reli yang terjadi sejak awal pekan ini. Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan risalah (minutes of meeting) semalam menunjukkan bahwa The Fed sepakat tidak yakin untuk menaikkan suku bunga acuan mereka tahun ini.
"Dalam risalah tersebut juga menguraikan pesan dovish [nada kalem] yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa The Fed akan lebih sabar untuk menaikkan tingkat suku bunga dan akan lebih fleksibel dalam menyusutkan neraca," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (20/2/19).
Meskipun demikian, Pilarmas Sekuritas menilai faktor positif kalemnya The Fed berpotensi turut mendorong pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini untuk lebih berani, setidaknya membuka peluang penurunan suku bunga acuan.
Faktor Bank Indonesia tersebut, lanjut Nico dan tim, membuat pergerakan positif obligasi menjadi lebih terbatas hari ini.
"Oleh sebab itu kami merekomendasikan beli, hal ini dengan volume terbatas hingga (adanya) hasil Rapat Dewan Gubernur."
Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat di tengah positifnya pasar keuangan dalam negeri.
Penguatan tersebut melanjutkan reli harga surat utang negara (SUN) yang terjadi sejak Senin pekan ini (18/2/19).
Pada akhir pekan lalu, tingkat imbal hasil (yield) SUN acuan seri 10 tahun masih berada pada 8,01%, dan pada penutupan perdagangan kemarin sudah turun 10 basis poin (bps) menjadi 7,91%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, juga memprediksi pasar obligasi pemerintah domestik rupiah masih akan menguat terbatas hari ini, meskipun justru menilai tingkat dovish notula pertemuan FOMC tidak seperti yang diperkirakan.
"Redaksional di dalam risalah rapat mengindikasikan bahwa stance kebijakan moneter The Fed ke depan masih menunggu perkembangan ekonomi AS, dibandingkan dengan mengkonfirmasi tidak adanya kenaikan atau bahkan penurunan suku bunga acuan di tahun ini."
Merespons kondisi The Fed, Dhian memprediksi kebijakan ahead of the curve (mendahului pasar) dari BI tampaknya masih akan diterapkan bank sentral terkait dengan kebijakan moneternya ke depan sehingga harga SUN berpotensi menguat pascarilis hasil RDG pada hari ini.
Dia juga mengatakan sentimen positif juga masih datang dari ekspektasi atas hasil positif dari negosiasi dagang AS dengan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Harga Empat Seri Acuan SUN Naik Lagi, Apa Sih Pemicunya?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular