Rekor Lagi! Porsi Asing di SUN Tembus Rp 932 T

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 February 2019 19:54
Nilai investasi investor asing pada instrumen utang pemerintah kembali mencetak rekor baru yaitu Rp 931,83 triliun.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai investasi investor asing pada instrumen utang pemerintah kembali mencetak rekor baru yaitu Rp 931,83 triliun per awal pekan ini seiring dengan gencarnya penerbitan surat berharga negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah.

Mengacu data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, angka Rp 931,83 triliun pada Senin (18/2/19) tersebut melampaui rekor sebelumnya Rp 931,67 triliun yang tercipta pada akhir pekan lalu.

Nilai investasi tersebut mewakili porsi 37,91% dari total SBN yang beredar sebesar Rp 2.457 triliun.

Angka kepemilikan tersebut bertambah Rp 38,58 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya juga naik dibandingkan akhir Desember yakni 37,71%.

Naiknya angka kepemilikan asing seiring dengan nilai SBN beredar yang sudah diterbitkan pemerintah sejak Januari hingga 18 Februari yakni Rp 98,38 triliun.


Adapun sepanjang Januari saja, nilai SBN beredar sudah naik Rp 69,41 triliun dari posisi Rp 2.368 triliun per akhir Desember 2018. Kenaikan nilai investasi investor asing pada SBN terjadi seiring dengan penguatan harga yang terjadi sejak Senin hingga hari ini. 

Hari ini, Rabu (20/2/20), harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat di tengah positifnya pasar keuangan dalam negeri.  

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0078 bertenor 10 tahun, dengan penurunan yield 8,1 basis poin (bps) menjadi 7,91%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.Tiga seri acuan lain juga serempak menguat. 

Investor meyakini dialog dagang AS-China yang berlangsung di Washington sampai akhir pekan ini akan dipenuhi aura positif. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China XI Jinping juga diprediksi akan bertemu pada bulan depan untuk menyelesaikan kesepakatan damai dagang. 


Yield Obligasi Negara Acuan 20 Feb 2019
SeriJatuh tempoYield 19 Feb 2019 (%)Yield 20 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 18 Feb'19
FR00775 tahun7.7977.756-4.107.6837
FR007810 tahun7.9937.912-8.107.8795
FR006815 tahun8.2978.262-3.508.1987
FR007920 tahun8.4028.332-7.008.2826
Avg movement-5.67
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,7 poin (0,29%) menjadi 240,62 dari posisi kemarin 239,92. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, menyempit dari posisi kemarin 533 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,63% dari posisi kemarin 2,65%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun dengan tenor 5 tahun. 

Inversi adalah lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

Yield US Treasury Acuan 19 Feb 2019
SeriBenchmarkYield 19 Feb 2019 (%)Yield 20 Feb 2019 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4292.4463 bulan-5 tahun-1
UST 20202 Tahun2.52.4852 tahun-5 tahun2.9
UST 20213 Tahun2.472.4563 tahun-5 tahun0
UST 20235 Tahun2.4682.4563 bulan-10 tahun-18.6
UST 202810 Tahun2.6452.6322 tahun-10 tahun-14.7
Sumber: Refinitiv 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Filipina, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 19 Feb 2019 (%)Yield 20 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.918.81-10.00
China3.1343.1451.10
Jerman0.1010.095-0.60
Perancis0.5290.523-0.60
Inggris 1.1721.164-0.80
India7.5777.548-2.90
Italia2.7872.8344.70
Jepang-0.029-0.037-0.80
Malaysia3.8813.8911.00
Filipina6.4496.418-3.10
Rusia8.288.324.00
Singapura2.1372.125-1.20
Thailand2.492.47-2.00
Turki14.5614.8125.00
Amerika Serikat2.6452.632-1.30
Afrika Selatan8.8758.9053.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular