RHB: KKR Jual Parsial JPFA, Likuiditas Saham Kian Cair

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 February 2019 12:38
RHB Sekuritas Indonesia menilai penjualan sebagian portofolio JPFA oleh KKR akan membuat likuiditas transaksi saham emiten makin cair.
Foto: www.japfacomfeed.co.id
Jakarta, CNBC Indonesia - PT RHB Sekuritas Indonesia menilai penjualan sebagian portofolio PT Japfa Comfeed Tbk oleh KKR & Co Inc akan membuat likuiditas transaksi saham emiten perunggasan itu akan semakin cair.

KKR, yang dulu lebih dikenal dengan nama Kohlberg Kravis Roberts & Co, diduga telah menjual 387,7 juta saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) senilai Rp 853,71 miliar pada Senin pekan ini (18/2/19).

"Penjualan saham JPFA oleh KKR akan berpotensi menambah saham publik ritel 3,3% menjadi 39,2%, setara US$ 784 juta," ujar analis RHB Sekuritas Michael W. Setjoadi dan Jessica Pratiwi dalam risetnya hari ini (20/2/19).

Transaksi penjualan melalui pasar negosiasi dan metode crossing jumbo tersebut dilakukan antara broker berkode MS yaitu PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia dan berkode CS yaitu PT Credit Suisse Sekuritas IndonesiaRerata harga transaksi tersebut Rp 2.202 sehingga nilai transaksinya dapat ditaksir Rp 853,71 miliar.

Michael mengatakan bahwa KKR membeli saham JPFA pada harga Rp 930/saham pada 2016 dengan periode investasi 2,5 tahun. D
engan selisih harga saham tersebut, dari penjualan 387,7 juta saham JPFA, maka KKR akan meraup keuntungan Rp 493,15 miliar. Belum lagi, KKR masih menyisakan 978 juta (8,3%) saham JPFA dalam portofolionya.

Selain JPFA, KKR masih memiliki portofolio di beberapa perusahaan domestik yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), serta startup fintech populer Gojek, dengan rerata periode kepemilikan 3-5 tahun.

Per September 2018, pemegang saham JPFA yakni Japfa Ltd 52,43%, KKR 11,65%, dan publik 35,84%. 
Pada akhir September 2018, JPFA yang dipimpin Handojo Santosa tersebut membukukan laba bersih Rp 1,67 triliun, naik 50,9% dari kinerja pada 9 bulan pertama 2017 Rp 1,1 triliun.

Michael masih optimistis terhadap fundamental perseroan serta kinerja JPFA ke depan. Sisi kuat fundamental dan kinerja positif perseroan dalam beberapa kuartal ke depan dinilai tim riset RHB dapat menjadi pendorong naiknya harga saham JPFA.

Harga ayam yang masih naik pada Februari (di atas Rp 20.000 per kilogram) diprediksi turut mengangkat kinerja keuangan emiten pada kuartal IV-2018 sehingga dapat menjadi katalis bagi pergerakan saham.

Selain itu, dari sisi valuasi rasio harga saham per laba (PE ratio), angka rasio PE perseroan yaitu 11x/PE2019F dengan menggunakan asumsi kinerja setahun penuh 2019. Level rasio PE tersebut hampir separuh dari PE ratio pemimpin industri perunggasan yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), tepatnya valuasi JPFA masih diskon 40% dari PE ratio CP Indonesia.

Michael juga mengingatkan bahwa pada 2012-2013, karena momentum pertumbuhan laba yang kuat sempat membuat rerata PE ratio perseroan menjadi 16 kali.

Adapun berkaitan dengan dampak kurs, Michael memprediksi JPFA dapat diuntungkan dari penguatan nilai tukar rupiah karena pada setiap penguataan 1% mata uang Garuda, maka laba JPFA dapat naik 4,8% karena sepertiga beban produksinya menggunakan mata uang dolar AS.

Di pasar reguler, saham emiten peternakan unggas dan makanan olahan itu turun lagi, kali ini 3,69% menjadi Rp 2.350 serta membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 27,56 triliun hingga penutupan sesi I siang ini, Rabu (20/2/2019).

Sejak menyentuh Rp 2.230/saham pada 20 Januari lalu dan tembus level tertinggi dalam 2 tahun terakhir yakni Rp 3.100/saham pada 1 Februari, saham emiten ini sudah naik 39,01%. 
Setelah itu, saham Japfa cenderung bearish dengan koreksi beruntun hingga level terendah hari ini Rp 2.350/saham dan total sudah turun 32%.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article KKR Lepas Saham Japfa, Dapat Cuan Rp 493 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular