
Cegah Harga Karet Jatuh, RI Hingga Malaysia Rapatkan Barisan
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
15 February 2019 13:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution akan bertolak ke Bangkok, Thailand, 21-22 Februari mendatang untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC).
Pertemuan tiga negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia yang menguasai 66% produksi karet dunia) akan membahas perlunya mengambil tindakan konkret untuk mencegah semakin terpuruknya harga karet alam di pasar internasional.
"Rapatnya nanti di Bangkok. Pemerintah Thailand sekarang sudah mau membahas. Pak Menko (Menko Perekonomian Darmin Nasution) yang mewakili Indonesia," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (15/2/2019).
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menjelaskan, ketiga negara akhirnya sepakat untuk membahas rencana pembatasan ekspor serta peningkatan konsumsi domestik di masing-masing negara.
"Utusan khusus Menko Perekonomian beberapa waktu lalu sudah melobi pemerintah Thailand dan akhirnya mereka setuju untuk pertemuan tingkat menteri," kata Iman.
Terkait peningkatan konsumsi domestik, setiap negara rencananya akan memaparkan proposal penyerapan suplai karet untuk dipakai di berbagai proyek seperti infrastruktur.
"Mungkin salah satu yang juga akan dibahas adalah kerja sama penggunaan komoditas karet untuk bahan baku industri. Untuk besaran volume akan dibahas di sana," jelasnya.
Seperti diketahui, Thailand, Indonesia, dan Malaysia melalui kerangka ITRC menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Data Asosiasi Negara-Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) memproyeksi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun lalu sebesar 4,82 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia), dan 600 ribu ton (Malaysia).
Kendati demikian, belum diketahui apakah Pertemuan ITRC di pekan depan juga akan membahas masuknya Vietnam sebagai anggota keempat. Data ANRPC memproyeksi produksi karet alam Vietnam di 2018 mencapai 1,1 juta ton.
Apabila digabungkan, maka keempat negara ini secara bersama-sama akan memproduksi sekitar 10,29 juta ton atau 74% dari seluruh produksi karet global.
Berdasarkan data dari Revinitif, harga kontrak karet rata-rata tahunan di pasar TOCOM (Jepang) sebesar JPY 178,7/kg atau setara dengan US$ 1,62/kg. Harga karet pada tahun 2018 mencapai puncaknya di level US$ 1,9/kg pada bulan Januari.
Sementara sepanjang kuartal I-2018, harga karet rata-rata berada di posisi US$ 1,79/kg. Sedangkan sejak awal tahun 2019, harga kontrak karet rata-rata hanya US$ 1,66/kg.
Simak video menjelaskan Gapkindo perihal harga karet tahun ini di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Karet & CPO, Komoditas Utama RI yang Tengah Dihantam Parah
Pertemuan tiga negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia yang menguasai 66% produksi karet dunia) akan membahas perlunya mengambil tindakan konkret untuk mencegah semakin terpuruknya harga karet alam di pasar internasional.
"Rapatnya nanti di Bangkok. Pemerintah Thailand sekarang sudah mau membahas. Pak Menko (Menko Perekonomian Darmin Nasution) yang mewakili Indonesia," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (15/2/2019).
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menjelaskan, ketiga negara akhirnya sepakat untuk membahas rencana pembatasan ekspor serta peningkatan konsumsi domestik di masing-masing negara.
"Utusan khusus Menko Perekonomian beberapa waktu lalu sudah melobi pemerintah Thailand dan akhirnya mereka setuju untuk pertemuan tingkat menteri," kata Iman.
Terkait peningkatan konsumsi domestik, setiap negara rencananya akan memaparkan proposal penyerapan suplai karet untuk dipakai di berbagai proyek seperti infrastruktur.
"Mungkin salah satu yang juga akan dibahas adalah kerja sama penggunaan komoditas karet untuk bahan baku industri. Untuk besaran volume akan dibahas di sana," jelasnya.
![]() |
Seperti diketahui, Thailand, Indonesia, dan Malaysia melalui kerangka ITRC menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Data Asosiasi Negara-Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) memproyeksi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun lalu sebesar 4,82 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia), dan 600 ribu ton (Malaysia).
Kendati demikian, belum diketahui apakah Pertemuan ITRC di pekan depan juga akan membahas masuknya Vietnam sebagai anggota keempat. Data ANRPC memproyeksi produksi karet alam Vietnam di 2018 mencapai 1,1 juta ton.
Apabila digabungkan, maka keempat negara ini secara bersama-sama akan memproduksi sekitar 10,29 juta ton atau 74% dari seluruh produksi karet global.
Berdasarkan data dari Revinitif, harga kontrak karet rata-rata tahunan di pasar TOCOM (Jepang) sebesar JPY 178,7/kg atau setara dengan US$ 1,62/kg. Harga karet pada tahun 2018 mencapai puncaknya di level US$ 1,9/kg pada bulan Januari.
Sementara sepanjang kuartal I-2018, harga karet rata-rata berada di posisi US$ 1,79/kg. Sedangkan sejak awal tahun 2019, harga kontrak karet rata-rata hanya US$ 1,66/kg.
Simak video menjelaskan Gapkindo perihal harga karet tahun ini di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Karet & CPO, Komoditas Utama RI yang Tengah Dihantam Parah
Most Popular