AS-China Berdamai, Dolar Akan Melemah?

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
14 February 2019 11:37
Kesepakatan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China dapat menghentikan penguatan dolar.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kesepakatan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China dapat menghentikan penguatan dolar.

Namun, pelemahan tersebut mungkin tidak akan bertahan lama jika Presiden AS Donald Trump kemudian mengalihkan perhatiannya untuk mengenakan tarif impor terhadap mobil-mobil Eropa.

Delegasi perdagangan AS sedang berada di China pekan ini. Bursa saham global dan aset berisiko telah menguat di tengah optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai, dan bahwa Trump tidak akan menjatuhkan sanksi baru pada 1 Maret mendatang jika pembicaraan dagang berlanjut.

Pada saat yang sama, dolar telah bergerak lebih tinggi setelah serangkaian data AS, termasuk inflasi, terbukti positif, dilansir dari CNBC International, Kamis (14/2/2019).


"Ketika Anda melihat ke seluruh dunia, itulah yang tampaknya menjadi tempat timbulnya risiko ekonomi yang besar. Ekonomi AS melambat, tetapi masih tumbuh di atas tren," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar Bannockburn Global Forex.

"Dolar menguat setiap hari, kecuali satu, sejak data pekerjaan dirilis, dan itu tepat setelah The Fed berubah sangat dovish," tambahnya.

Indeks dolar telah naik 8,4% setahun terakhir, didorong oleh kekhawatiran bahwa perang perdagangan dan pengenaan bea impor akan membahayakan ekonomi global.

AS-China Berdamai, Dolar Akan Melemah?Foto: Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Namun baru-baru ini, kenaikan greenback dipicu oleh data ekonomi setelah laporan pekerjaan pada Januari yang kuat mengurangi kekhawatiran tentang resesi.

Trump telah mengatakan di masa lalu bahwa dolar yang kuat merugikan AS, sementara negara-negara lain memanipulasi mata uang mereka. Namun, para pejabat pemerintahan lainnya telah mendukung dolar yang lebih kuat.

Para ahli strategi mengatakan reaksi awal dolar, jika AS dan China mencapai kesepakatan perdagangan, adalah melemah karena mata uang negara berkembang melonjak dan euro naik, setidaknya dalam jangka pendek.

Tetapi Departemen Perdagangan diperkirakan akan segera merilis hasil studi industri otomotif global dengan sudut pandang masalah keamanan nasional. Banyak analis percaya departemen akan merekomendasikan pengenaan bea impor terhadap kendaraan asal Eropa.

Laporan itu diharapkan akan dirilis pada 17 Februari, dan pemerintah kemudian akan memiliki waktu 90 hari untuk menindaklanjutinya.

Mark McCormick, kepala strategi mata uang TD Securities, mengatakan euro bisa melonjak menjadi sekitar US$1,16 setelah kesepakatan dengan China tercapai.

"Jika bea impor kepada Eropa diberlakukan, kita akan ke US$1,10," katanya. Euro/dolar berada di US$1,1264 pada Rabu.

"Perang dagang melemahkan pertumbuhan global. Ini berdampak pada operasi perusahaan multinasional AS. Ini berdampak pada ekonomi lokal. Perang dagang mengubah lintasan kebijakan moneter," ujarnya.


"Semua orang hanya menunggu beberapa solusi, apakah itu Brexit, masalah perdagangan Trump China, beberapa diskusi yang lebih luas seputar perdagangan."

Euro, sementara itu, telah menanggapi pelemahan data Eropa, kekhawatiran tentang Brexit, dan ketidakpastian perdagangan. Para pakar perdagangan mengatakan, AS kemungkinan akan mencapai kesepakatan China sebelum mengalihkan pandangannya ke Eropa, dan kemudian Trump mungkin akan mengenakan tarif.

"Tarif impor otomatis akan menghantam zona euro dengan sangat tajam. Itu akan menjadi taktik negosiasi," kata Ben Randol, ahli strategi valuta asing G-10 di Bank of America Merrill Lynch.

Euro akan terjun bebas bila ada bea masuk baru, dan dolar akan menguat.

"Dolar AS naik karena masalah ketidakpastian perdagangan karena seluruh dunia akan lebih terpukul," kata Randol.

Saksikan video mengenai penguatan rupiah berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]


(prm) Next Article Thailand Gonjang-ganjing Tapi Bath Perkasa, Apa Rahasianya?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular