Indomobil Siapkan Kejutan, Keluarkan Livina Seri Terbaru
07 February 2019 16:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) akan luncurkan Livina baru guna mencetak laba tahun ini, setelah absen laba selama 5 tahun berturut-turut sehingga membukukan rugi.
Emiten yang saat ini dipimpin Jusak Kertowidjojo tersebut memang masih membukukan rugi bersih sejak 2014 hingga 2017, sedangkan hingga September 2018 labanya sudah mulai tercatat positif yaitu Rp 81,6 miliar.
Sumber: Laporan keuangan IMAS
Manajemen IMAS dalam riset PT Bahana Sekuritas yang ditulis Anthony Yunus dan Raden Rami Ramdana pekan ini (6/2/19) menyatakan memiliki tiga rencana strategis untuk membalik kinerja emiten tersebut menjadi positif.
Salah satu langkah sayap otomotif Grup Salim itu adalah perbaikan keuntungan dealer yang akan didorong oleh kenaikan volume dan margin dealer yang lebih baik karena adanya peluncuran Nissan New Grand Livina.
Seri terbaru Livina tersebut merupakan kelanjutan setelah sebelumnya sempat dis-continue model baru sejak 2016 silam dengan model terakhir Grand Livina Model Year 2016.
Untuk target penjualan, manajemen IMAS menargetkan dapat menjual lebih dari 4.000 unit tahun ini, dibanding sekitar 2.270 unit pada 2018.
Meskipun baru meluncur 12 tahun yang lalu yaitu pada 2007 di Indonesia, Grand Livina sebetulnya berasal dari model tanpa buntut (hatchback) Nissan Note yang dijual pertama kali di China pada 2006.
Dengan kapasitas awal lima penumpang (5 seater), muncullah versi 7 penumpang pada 2007 dengan nama Nissan Livina Geniss di China.
Di Indonesia, Grup Indomobil dan Nissan Global sampai-sampai berinvestasi US$ 60 juta untuk membangun pabrik dan memperluas jaringan dealer-nya hanya untuk Livina.
Livina rakitan lokal tersebut dipasarkan pada 2007 dan berhadapan langsung dengan MPV sekelasnya yaitu Avanza-Xenia milik Grup Astra, Xpander dari Mitsubishi dan Mobilio dari Honda.
Saat diluncurkan, kenyamanan Livina dianggap lebih baik daripada Avanza-Xenia karena kursi tengahnya dapat maju-mundur, ditekuk (reclining), kursi belakangnya dapat disejajarkan dengan lantai, dan memiliki tenaga ekstra dengan mesin 1,5 liter-1,8 liter yang terbesar di kelasnya.
Selain Livina, dari sisi dealer penjualan perusahaan juga berharap dari dukungan penjualan kendaraan komersial, terutama dari Hino, yang mana IMAS menargetkan dapat membukukan pertumbuhan volume penjualan 10%-15% pada 2019.
Strategi Lain: Sewakan Truk dan Bangun 1.000 SPBU
Strategi lain Grup Indomobil adalah potensi melonjaknya laba anak usaha yaitu PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS, yang 92% sahamnya dimiliki IMAS) yang diprediksi naik menjadi sekitar Rp 400 miliar pada 2019 dari Rp 250 miliar tahun lalu karena peningkatan armada truk yang disewakan.
Jumlah armada truk IMJS dinyatakan naik lebih dari dua kali lipat menjadi 7.000 unit pada akhir 2019.
Faktor terakhir berasal dari bisnis distribusi BBM, yang saat ini sudah memiliki 20 stasiun pengisian BBM umum (SPBU) bermerek 'Mobil'.
IMAS menargetkan dapat membuka 1.000 SPBU baru pada akhir tahun ini, dengan bekerja sama dengan ExxonMobil.
Sebagai catatan, IMAS mendulang laba Rp 80 miliar pada 2018 dari bisnis tersebut dan perusahaan memprediksi dapat menghasilkan laba Rp 300 miliar pada 2020 dari lini usaha tersebut.
Lebih lanjut, perseroan juga berharap dapat mengantongi keuntungan sekitar Rp 900 miliar dari penjualan sahamnya di PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) tahun ini.
Tentunya, perbaikan kinerja IMAS dan strategi bisnisnya akan semakin mengancam posisi PT Astra International Tbk (ASII) sebagai pemuncak di bisnis otomotif.
Saat ini, saham IMAS terkoreksi 0,9% menjadi Rp 3.300 dari posisi kemarin Rp 3.330 setelah bergerak di rentang Rp 3.270-Rp 3.350.
Harga saham itu membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 9,12 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps)
Emiten yang saat ini dipimpin Jusak Kertowidjojo tersebut memang masih membukukan rugi bersih sejak 2014 hingga 2017, sedangkan hingga September 2018 labanya sudah mulai tercatat positif yaitu Rp 81,6 miliar.
(Rp miliar) | Sep-18 | 2017F | 2016F | 2015F | 2014F |
Pendapatan | 12,561 | 15,359 | 15,049 | 18,100 | 19,458 |
Laba (rugi) bersih | 81.6 | -109.6 | -289.4 | -45.7 | -128.2 |
Manajemen IMAS dalam riset PT Bahana Sekuritas yang ditulis Anthony Yunus dan Raden Rami Ramdana pekan ini (6/2/19) menyatakan memiliki tiga rencana strategis untuk membalik kinerja emiten tersebut menjadi positif.
Salah satu langkah sayap otomotif Grup Salim itu adalah perbaikan keuntungan dealer yang akan didorong oleh kenaikan volume dan margin dealer yang lebih baik karena adanya peluncuran Nissan New Grand Livina.
Untuk target penjualan, manajemen IMAS menargetkan dapat menjual lebih dari 4.000 unit tahun ini, dibanding sekitar 2.270 unit pada 2018.
Meskipun baru meluncur 12 tahun yang lalu yaitu pada 2007 di Indonesia, Grand Livina sebetulnya berasal dari model tanpa buntut (hatchback) Nissan Note yang dijual pertama kali di China pada 2006.
Dengan kapasitas awal lima penumpang (5 seater), muncullah versi 7 penumpang pada 2007 dengan nama Nissan Livina Geniss di China.
Di Indonesia, Grup Indomobil dan Nissan Global sampai-sampai berinvestasi US$ 60 juta untuk membangun pabrik dan memperluas jaringan dealer-nya hanya untuk Livina.
Livina rakitan lokal tersebut dipasarkan pada 2007 dan berhadapan langsung dengan MPV sekelasnya yaitu Avanza-Xenia milik Grup Astra, Xpander dari Mitsubishi dan Mobilio dari Honda.
Saat diluncurkan, kenyamanan Livina dianggap lebih baik daripada Avanza-Xenia karena kursi tengahnya dapat maju-mundur, ditekuk (reclining), kursi belakangnya dapat disejajarkan dengan lantai, dan memiliki tenaga ekstra dengan mesin 1,5 liter-1,8 liter yang terbesar di kelasnya.
Selain Livina, dari sisi dealer penjualan perusahaan juga berharap dari dukungan penjualan kendaraan komersial, terutama dari Hino, yang mana IMAS menargetkan dapat membukukan pertumbuhan volume penjualan 10%-15% pada 2019.
Strategi Lain: Sewakan Truk dan Bangun 1.000 SPBU
Strategi lain Grup Indomobil adalah potensi melonjaknya laba anak usaha yaitu PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS, yang 92% sahamnya dimiliki IMAS) yang diprediksi naik menjadi sekitar Rp 400 miliar pada 2019 dari Rp 250 miliar tahun lalu karena peningkatan armada truk yang disewakan.
Jumlah armada truk IMJS dinyatakan naik lebih dari dua kali lipat menjadi 7.000 unit pada akhir 2019.
Faktor terakhir berasal dari bisnis distribusi BBM, yang saat ini sudah memiliki 20 stasiun pengisian BBM umum (SPBU) bermerek 'Mobil'.
IMAS menargetkan dapat membuka 1.000 SPBU baru pada akhir tahun ini, dengan bekerja sama dengan ExxonMobil.
Sebagai catatan, IMAS mendulang laba Rp 80 miliar pada 2018 dari bisnis tersebut dan perusahaan memprediksi dapat menghasilkan laba Rp 300 miliar pada 2020 dari lini usaha tersebut.
Lebih lanjut, perseroan juga berharap dapat mengantongi keuntungan sekitar Rp 900 miliar dari penjualan sahamnya di PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) tahun ini.
Tentunya, perbaikan kinerja IMAS dan strategi bisnisnya akan semakin mengancam posisi PT Astra International Tbk (ASII) sebagai pemuncak di bisnis otomotif.
Saat ini, saham IMAS terkoreksi 0,9% menjadi Rp 3.300 dari posisi kemarin Rp 3.330 setelah bergerak di rentang Rp 3.270-Rp 3.350.
Harga saham itu membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 9,12 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Mulai Bergairah, Penjualan Mobil RI Naik Nyaris 4 Kali Lipat
(irv/hps)