
Esok Diumumkan, Akankah PDB RI di 2018 Tumbuh Sesuai Ramalan?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
05 February 2019 15:10

Pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 diprediksi masih akan terus meningkat. Bahkan LPEM UI memperkirakan angkanya akan berada di kisaran 5,2% hingga 5,3%.
Lagi-lagi pertumbuhan konsumsi juga masih diprediksi meningkat di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018. Namun yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga BBM yang berpotensi meningkatkan inflasi.
Harga BBM dapat relatif stabil tahun 2018 (di tengah tinggnya harga minyak dunia) disebabkan oleh tingginya subsidi pemerintah. Bahkan realisasi subsidi BBM dan LPG tahun 2018 mencapai 207% atau dua kali lipat lebih dari anggaran belanja pemerintah pusat.
Bila harga BBM naik, maka dampaknya akan meluas ke harga komoditas lain. Sebab, BBM merupakan komponen dalam proses produksi, seperti mesin produksi dan transportasi barang.
Selain itu, dari sisi investasi, Penanaman Modal Asing (PMA) juga diprediksi akan kembali meningkat di tahun 2019. Masih menurut LPEM UI, ada beberapa faktor yang dapat merangsang pertumbuhan PMA.
Pertama, revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) 2018 yang dikeluarkan pemerintah pada November 2018 diprediksi akan meningkatkan minat asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam revisinya, ada 25 bidang usaha yang bisa 100% dimiliki oleh investor asing.
Kedua, juga di bulan November 2018, pemerintah memberlakukan perluasan fasilitas libur pajak (tax holiday) pada 18 sektor usaha seperti industri pengolahan pertanian dan sektor ekonomi digital.
Meningkatnya jumlah investasi diharapkan akan memberi sokongan pada defisit transaksi berjalan (CAD) yang kian melebar. Tercatat pada kuartal III-2018 nilai CAD mencapai 3,37% dari PDB atau yang terparah sejak 2014.
Meski demikian, fluktuasi harga komoditas masih tetap menjadi ancaman yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, hasil ekspor dari dalam negeri masih banyak tergantung dari harga komoditas.
Apalagi pertumbuhan sektor manufaktur yang masih terus di bawah pertumbuhan ekonomi sejak 2014. Bahkan di tahun 2018 pertumbuhan produksi manufaktur hanya sebesar 4,07%, yang mana melambat dari tahun 2017 yang sebesar 4,74%.
Bila harga-harga komoditas, terutama batu bara dan CPO, kembali jatuh tahun ini, maka target pertumbuhan ekonomi 5,4% bisa mendapat hambatan. (taa/taa)
Lagi-lagi pertumbuhan konsumsi juga masih diprediksi meningkat di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018. Namun yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga BBM yang berpotensi meningkatkan inflasi.
Harga BBM dapat relatif stabil tahun 2018 (di tengah tinggnya harga minyak dunia) disebabkan oleh tingginya subsidi pemerintah. Bahkan realisasi subsidi BBM dan LPG tahun 2018 mencapai 207% atau dua kali lipat lebih dari anggaran belanja pemerintah pusat.
Bila harga BBM naik, maka dampaknya akan meluas ke harga komoditas lain. Sebab, BBM merupakan komponen dalam proses produksi, seperti mesin produksi dan transportasi barang.
Pertama, revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) 2018 yang dikeluarkan pemerintah pada November 2018 diprediksi akan meningkatkan minat asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam revisinya, ada 25 bidang usaha yang bisa 100% dimiliki oleh investor asing.
Kedua, juga di bulan November 2018, pemerintah memberlakukan perluasan fasilitas libur pajak (tax holiday) pada 18 sektor usaha seperti industri pengolahan pertanian dan sektor ekonomi digital.
Meningkatnya jumlah investasi diharapkan akan memberi sokongan pada defisit transaksi berjalan (CAD) yang kian melebar. Tercatat pada kuartal III-2018 nilai CAD mencapai 3,37% dari PDB atau yang terparah sejak 2014.
Meski demikian, fluktuasi harga komoditas masih tetap menjadi ancaman yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, hasil ekspor dari dalam negeri masih banyak tergantung dari harga komoditas.
Apalagi pertumbuhan sektor manufaktur yang masih terus di bawah pertumbuhan ekonomi sejak 2014. Bahkan di tahun 2018 pertumbuhan produksi manufaktur hanya sebesar 4,07%, yang mana melambat dari tahun 2017 yang sebesar 4,74%.
Bila harga-harga komoditas, terutama batu bara dan CPO, kembali jatuh tahun ini, maka target pertumbuhan ekonomi 5,4% bisa mendapat hambatan. (taa/taa)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular