
Gara-gara The Fed, Pasar SUN Kembali Bertenaga
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 January 2019 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah mulai menghijau pagi ini seiring dengan apresiasi iklim ekonomi dunia ketika diguyur aura positif dari Amerika Serikat.
Kenaikan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN pada Kamis, (31/1/2019), itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 8,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Serentak dengan seri itu, seri acuan lain juga menguat.
Iklim investasi global semringah pagi ini akibat pidato pascarapat FOMC bank sentral AS yang bernada kalem (dovish) tadi malam. Semalam, pascapenetapan kembali Fed Fund Rate (FFR), the Fed, menyatakan akan bersabar dalam menaikkan suku bunga acuan tahun ini sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian atas prospek pertumbuhan ekonomi AS.
Pidato tersebut berhasil membuat positif pasar saham dan pasar obligasi US Treasury di AS. Kondisi tersebut juga membuat nilai tukar dolar AS melemah, yang tercermin pada turunnya Dollar Index hari ini.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, stagnan dari posisi kemarin.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,67% dari posisi kemarin 2,71% yang mencerminkan apresiasi harga di pasar efek utang tersebut.
Sumber: Refinitiv
Penguatan yang terjadi di pasar obligasi AS kemarin turut membuat inversi atau pembalikan arah pada tenor 3 tahun-5 tahun.
Sebelumnya, inversi hampir terjadi tiap hari pada tenor 2 tahun-5 tahun tetapi tidak pada tenor-tenor lain. Inversi yield dapat membuat kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang biasanya digunakan sebagai indikator terhadap potensi tekanan ekonomi atau bahkan krisis dan resesi.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 900,34 triliun SBN, atau 37,21% dari total beredar Rp 2.419 triliun berdasarkan data per 28 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 7,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya turun dari 37,71% pada periode yang sama.
Nilai tukar rupiah menguat 0,6% menjadi Rp 14.040 di hadapan tiap dolar AS. Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,09% menjadi 95,25.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih terkoreksi yaitu di Brasil, China, India, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Di negara maju, kenaikan dialami pasar bund Jerman, OAT Perancis, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Tren Belum Berubah, Pasar Obligasi Masih Memerah
Kenaikan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN pada Kamis, (31/1/2019), itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 8,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Serentak dengan seri itu, seri acuan lain juga menguat.
Iklim investasi global semringah pagi ini akibat pidato pascarapat FOMC bank sentral AS yang bernada kalem (dovish) tadi malam. Semalam, pascapenetapan kembali Fed Fund Rate (FFR), the Fed, menyatakan akan bersabar dalam menaikkan suku bunga acuan tahun ini sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian atas prospek pertumbuhan ekonomi AS.
Pidato tersebut berhasil membuat positif pasar saham dan pasar obligasi US Treasury di AS. Kondisi tersebut juga membuat nilai tukar dolar AS melemah, yang tercermin pada turunnya Dollar Index hari ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 31 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 30 Jan 2019 (%) | Yield 31 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 30 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.994 | 7.963 | -3.10 | 7.9487 |
FR0078 | 10 tahun | 8.162 | 8.123 | -3.90 | 8.1417 |
FR0068 | 15 tahun | 8.51 | 8.487 | -2.30 | 8.4931 |
FR0079 | 20 tahun | 8.575 | 8.544 | -3.10 | 8.5412 |
Avg movement | -3.10 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, stagnan dari posisi kemarin.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,67% dari posisi kemarin 2,71% yang mencerminkan apresiasi harga di pasar efek utang tersebut.
Yield US Treasury Acuan 31 Jan 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 30 Jan 2019 (%) | Yield 31 Jan 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.417 | 2.425 | 3 bulan-5 tahun | -6.3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.526 | 2.514 | 2 tahun-5 tahun | 2.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.5 | 2.489 | 3 tahun-5 tahun | 0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.505 | 2.488 | 3 bulan-10 tahun | -25.4 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.695 | 2.679 | 2 tahun-10 tahun | -16.5 |
Penguatan yang terjadi di pasar obligasi AS kemarin turut membuat inversi atau pembalikan arah pada tenor 3 tahun-5 tahun.
Sebelumnya, inversi hampir terjadi tiap hari pada tenor 2 tahun-5 tahun tetapi tidak pada tenor-tenor lain. Inversi yield dapat membuat kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang biasanya digunakan sebagai indikator terhadap potensi tekanan ekonomi atau bahkan krisis dan resesi.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 900,34 triliun SBN, atau 37,21% dari total beredar Rp 2.419 triliun berdasarkan data per 28 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 7,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya turun dari 37,71% pada periode yang sama.
Nilai tukar rupiah menguat 0,6% menjadi Rp 14.040 di hadapan tiap dolar AS. Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,09% menjadi 95,25.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih terkoreksi yaitu di Brasil, China, India, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Di negara maju, kenaikan dialami pasar bund Jerman, OAT Perancis, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 30 Jan 2019 (%) | Yield 31 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.04 | 9.06 | 2.00 |
China | 3.144 | 3.157 | 1.30 |
Jerman | 0.186 | 0.185 | -0.10 |
Perancis | 0.595 | 0.593 | -0.20 |
Inggris | 1.255 | 1.258 | 0.30 |
India | 7.526 | 7.551 | 2.50 |
Italia | 2.6 | 2.591 | -0.90 |
Jepang | 0.005 | -0.003 | -0.80 |
Malaysia | 4.061 | 4.081 | 2.00 |
Filipina | 6.475 | 6.489 | 1.40 |
Rusia | 8.28 | 8.28 | 0.00 |
Singapura | 2.195 | 2.151 | -4.40 |
Thailand | 2.45 | 2.43 | -2.00 |
Turki | 14.34 | 14.5 | 16.00 |
Amerika Serikat | 2.695 | 2.679 | -1.60 |
Afrika Selatan | 8.76 | 8.74 | -2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Tren Belum Berubah, Pasar Obligasi Masih Memerah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular