Menanti Kabar China-AS, Yield Obligasi Indonesia Turun

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 January 2019 18:30
Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada akhir perdagangan hari ini, Senin (28/1/2019).
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada akhir perdagangan hari ini, Senin (28/1/2019) di tengah perhatian pelaku pasar yang akan menyoroti pertemuan pemerintah China-Amerika Serikat, Selasa besok. 

Penguatan hari ini membuat tingkat imbal hasil (yield) seri 20 tahun lebih rendah dibandingkan seri lebih pendek, sehingga memancing pembalikkan arah atau inversi (inverted yield curve).

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 1,9 basis poin (bps) menjadi 8,5%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seiring dengan penguatan itu, seri 15 tahun juga menguat 1,6 bps menjadi 8,51%.  

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Jan 2019
SeriJatuh tempoYield 25 Jan 2019 (%) Yield 26 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 25 Jan'19
FR00775 tahun7.9967.9970.107.9561
FR007810 tahun8.1028.1030.108.0951
FR006815 tahun8.5268.51-1.608.4636
FR007920 tahun8.5248.505-1.908.4897
Avg movement-0.82
Sumber: Refinitiv 

Inverted yield curve terjadi pada tenor 15 tahun dan 20 tahun, yang mengindikasikan adanya kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi domestik dalam waktu pendek, sehingga lebih meminati tenor lebih panjang.  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,03 poin (0,01%) menjadi 236,24 dari posisi kemarin 236,21.

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 535 bps, stagnan dari posisi akhir pekan lalu.

Yield US Treasury
10 tahun naik hingga 2,75% dari posisi kemarin 2,74%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 901,91 triliun SBN, atau 37,33% dari total SBN yang beredar sebesar Rp 2.416 triliun, berdasarkan data per 23 Januari.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 8,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya turun dari 37,71% pada periode yang sama.

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami Brasil, India, Malaysia, Filipina, dan Rusia. Di negara maju, kenaikan hanya dialami pasar OAT di Perancis.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 24 Jan 2019 (%) Yield 25 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.19.07-3.00
China3.1573.1590.20
Jerman0.1990.20.10
Perancis0.6040.599-0.50
Inggris1.3081.3130.50
India7.5577.54-1.70
Italia2.6492.6681.90
Jepang-0.0070.0010.80
Malaysia4.0874.083-0.40
Filipina6.4876.481-0.60
Rusia8.38.29-1.00
Singapura2.2092.2110.20
Thailand2.432.452.00
Turki14.8314.81-2.00
Amerika Serikat2.7492.7530.40
Afrika Selatan8.728.731.00
 Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas) Next Article Tren Belum Berubah, Pasar Obligasi Masih Memerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular