
Ekonomi China Diprediksi Meroket, Harga SBN Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah sepanjang pekan ini tertekan, sebagaimana terlihat dari kenaikan imbal hasilnya (yield) setelah ekonomi China diprediksi meroket hingga 18,7% di kuartal I-2021, memicu optimisme bahwa efek berantainya akan sampai ke Indonesia.
Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang dinilai sebagai aset safe haven. Ia dilepas (sehingga yield menguat) ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi diprediksi membaik.
Mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan pelemahan harga secara mingguan yang terlihat dari kenaikan yield mereka. Obligasi pemerintah tenor 1 tahun mencetak kenaikan yield tertinggi. Sebaliknya, koreksi imbal hasil terjadi pada SBN tenor 25 tahun dan 3 tahun.
Yield bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga kenaikan imbal hasil mengindikasikan harga surat utang yang kian murah, demikian juga sebaliknya. Perhitungan imbal hasil dilakukan dalam basis poin yang setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun-yang menjadi acuan (benchmark) di pasar tercatat naik 5,3 bp secara mingguan menjadi 6,506% per Jumat (6/3/2021). Kenaikan yield terutama terjadi pada perdagangan Jumat, yang mencapai 6,5 bp dalam sehari.
Di sisi lain, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali melemah menjadi 1,573% atau jauh lebih rendah dari posisi tertingginya tahun ini pada 1,776%. Pemicunya, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan membiarkan inflasi meninggi dalam beberapa waktu tanpa mengubah kebijakan akomodatif mereka.
Kenaikan yield surat utang pemerintah Indonesia ketika yield obligasi pemerintah AS melemah memicu kian lebarnya selisih (spread) yield keduanya. Jika pekan spread SBN 10 tahun dan US Treasury bertenor mencapai 478,7 bp, maka kini menjadi 493,4 bp.
Imbal hasil surat utang yang menjadi acuan di AS sempat naik hingga mendekati level 1,8%. Jika level 1,8% terlewati, pasar khawatir terjadi taper tantrum di mana bank sentral AS menghentikan pembelian surat utang di pasar yang bisa memicu gejolak di pasar global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengamat: Era Suka Bunga Rendah, Daya Tarik SBN Masih Kuat