
Perhatian! Setelah Komodo, Terbitlah Formosa Bond
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
30 January 2019 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Sumber pendanaan melalui pasar obligasi di Indonesia tahun ini akan bertambah. CEO Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengatakan, produk ini memiliki prospek cukup bagus dari segi harga dan proses penerbitan yang tidak jauh berbeda dengan obligasi dalam dolar Amerika Serikat (AS) lainnya.
"Itu bukan produk Mandiri Sekuritas, bukan produk baru. Udah ada di negara-negara lain tapi ini membuka full investor baru dari Taiwan, jadi ini masih kita eksplor," kata Silvano dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2018 bertema Indonesia : Invest Now di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Lebih lanjut Silvano mengatakan, Formosa Bond formatnya tidak berbeda dengan global bond. Penerbitannya menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan sudah banyak diterbitkan di negara-negara lain di luar Indonesia.
"Sepertinya belum pernah dilakukan dari Indonesia tapi negara-negara lain sudah mulai sering dilakukan. Jadi ini struktur investor pull yang proven," tambah Silvano.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Silvano, dari segi harga Formosa Bond cukup kompetitif dibanding bond dalam USD konvensional. Proses penerbitannya pun tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga, munculnya bond jenis ini dinilai potensial dan bisa melengkapi struktur pendanaan yang sudah ada.
"Listingnya harus di Taipei. Tapi kan banyak sekali kan bank yang sudah listed di Taipei. Jadi bukan berarti Mansek akan masuk ke Taipei. Cuma maksudnya kita bisa mempromosikan, advisor untuk calon issued," ungkapnya.
Sejauh ini, lanjut Silvano, belum ada klien Mansek yang berencana menerbitkan Formosa Bond ini. Namun, rencana munculnya Formosa Bond sudah didiskusikan ke beberapa pihak.
"Kita sudah mulai ngobrol dengan beberapa cuma yang mandat apalagi kick off belum ada. Tentunya harus yang memang butuh funding ya. Saya rasa ini alternatif untuk melengkapi konvensional dolar bond," ungkapnya.
Untuk perdana, size dari sekali penerbitan Formosa Bond juga diperkirakan belum akan terlalu besar. Diperkirakan akan sekitar USD 300 juta berdasarkan analisis yang dilakukan selama ini.
"Jadi bukan untuk menggantikan konvensional dolar bond. Kalo konvensional dolar bond lebih besar ya, ini kecil bagus juga buat swasta," tuturnya.
Silvano menegaskan, Formosa Bond patut diambil untuk diversifikasi. Misalnya, untuk issuer yang biasa menerbitkan bond dalam dolar yang konvensional. Ia meyakini prospek dari Formosa Bond ini cukup bagus.
Meski demikian, bersama beberapa korporasi pihaknya masih sosialisasi karena harus tepat sasaran. "Tidak berarti karena fundingnya available terus mereka langsung issue jadi memang [harus] ada keperluan funding," ujarnya.
Tidak ada sektor korporasi khusus untuk bisa menerbitkan Formosa Bond. Silvano mengatakan, sektornya netral hanya saja harus dipastikan korporasi memiliki kemampuan bayar utang.
"Kita welcome BUMN dan non-BUMN. Intinya adalah memang harus yang perlu dana kemampuan bayarnya ada dan ini lebih ke diversifikasi bukan substitusi," ungkapnya.
(hps) Next Article Laris Dibeli Asing, WIKA Bakal Rilis Perpetual Bond Lagi
"Itu bukan produk Mandiri Sekuritas, bukan produk baru. Udah ada di negara-negara lain tapi ini membuka full investor baru dari Taiwan, jadi ini masih kita eksplor," kata Silvano dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2018 bertema Indonesia : Invest Now di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Lebih lanjut Silvano mengatakan, Formosa Bond formatnya tidak berbeda dengan global bond. Penerbitannya menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan sudah banyak diterbitkan di negara-negara lain di luar Indonesia.
"Sepertinya belum pernah dilakukan dari Indonesia tapi negara-negara lain sudah mulai sering dilakukan. Jadi ini struktur investor pull yang proven," tambah Silvano.
"Listingnya harus di Taipei. Tapi kan banyak sekali kan bank yang sudah listed di Taipei. Jadi bukan berarti Mansek akan masuk ke Taipei. Cuma maksudnya kita bisa mempromosikan, advisor untuk calon issued," ungkapnya.
Sejauh ini, lanjut Silvano, belum ada klien Mansek yang berencana menerbitkan Formosa Bond ini. Namun, rencana munculnya Formosa Bond sudah didiskusikan ke beberapa pihak.
"Kita sudah mulai ngobrol dengan beberapa cuma yang mandat apalagi kick off belum ada. Tentunya harus yang memang butuh funding ya. Saya rasa ini alternatif untuk melengkapi konvensional dolar bond," ungkapnya.
Untuk perdana, size dari sekali penerbitan Formosa Bond juga diperkirakan belum akan terlalu besar. Diperkirakan akan sekitar USD 300 juta berdasarkan analisis yang dilakukan selama ini.
"Jadi bukan untuk menggantikan konvensional dolar bond. Kalo konvensional dolar bond lebih besar ya, ini kecil bagus juga buat swasta," tuturnya.
Silvano menegaskan, Formosa Bond patut diambil untuk diversifikasi. Misalnya, untuk issuer yang biasa menerbitkan bond dalam dolar yang konvensional. Ia meyakini prospek dari Formosa Bond ini cukup bagus.
Meski demikian, bersama beberapa korporasi pihaknya masih sosialisasi karena harus tepat sasaran. "Tidak berarti karena fundingnya available terus mereka langsung issue jadi memang [harus] ada keperluan funding," ujarnya.
Tidak ada sektor korporasi khusus untuk bisa menerbitkan Formosa Bond. Silvano mengatakan, sektornya netral hanya saja harus dipastikan korporasi memiliki kemampuan bayar utang.
"Kita welcome BUMN dan non-BUMN. Intinya adalah memang harus yang perlu dana kemampuan bayarnya ada dan ini lebih ke diversifikasi bukan substitusi," ungkapnya.
(hps) Next Article Laris Dibeli Asing, WIKA Bakal Rilis Perpetual Bond Lagi
Most Popular