
Kembali Koreksi, Yield Obligasi RI 5 Tahun Tembus 8%
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 January 2019 18:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi hari ini, dengan seri acuan 5 tahun menembus level psikologis 8%.
Penurunan harga surat utang negara (SUN) tersebut tak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan koreksi harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN merupakan salah satu surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan paling terkoreksi adalah FR0068 yang mengalami kenaikan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 8,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri 5 tahun dan 10 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield menjadi 8% dan 8,09%. Seri acuan 20 tahun masih menguat tipis dengan penurunan yield 0,8 bps menjadi 8,55%.
Yield seri 5 tahun kembali naik ke posisi tertinggi sejak 18 Desember 2018. Koreksi kembali terjadi setelah kemarin pasar obligasi menguat.
Pekan lalu, pasar obligasi turun beruntun dan tanpa henti sejak 11 Januari.
Koreksi terjadi bersamaan dengan kenaikan nilai SBN beredar yang cukup signifikan serta rencana lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) pemerintah besok.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,15 poin (0,07%) menjadi 235,74 dari posisi kemarin 235,9.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 534 bps, melebar dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,75% dari posisi kemarin 2,78%.
Yield US Treasury Acuan 22 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Saat ini, inversi yang sudah lumrah terjadi pada US Treasury tenor 2 tahun-5 tahun sejak akhir tahun lalu tidak lagi terjadi, yang menunjukkan potensi inversi kembali sedang mengendor.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 904,41 triliun SBN, atau 37,43% dari total beredar Rp 2.416 triliun berdasarkan data per 18 Januari 2019.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 11,16 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari selisih jumlah beredar Desember 2018 Rp 2.368 triliun dan posisi 18 Januari Rp 2.416 triliun, ada penambahan jumlah SBN beredar yang diterbitkan pemerintah sebesar Rp 47,86 triliun.
Angka itu hampir 2,5 kali lipat dari posisi serupa pada periode yang sama tahun lalu yaitu hanya Rp 19,83 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,27% menjadi 6.468 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,07% menjadi Rp 14.210 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS tidak seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,03% menjadi 96,36.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di pasar Brasil, India, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, pasar JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Penurunan harga surat utang negara (SUN) tersebut tak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan koreksi harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN merupakan salah satu surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan paling terkoreksi adalah FR0068 yang mengalami kenaikan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 8,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri 5 tahun dan 10 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield menjadi 8% dan 8,09%. Seri acuan 20 tahun masih menguat tipis dengan penurunan yield 0,8 bps menjadi 8,55%.
Yield seri 5 tahun kembali naik ke posisi tertinggi sejak 18 Desember 2018. Koreksi kembali terjadi setelah kemarin pasar obligasi menguat.
Pekan lalu, pasar obligasi turun beruntun dan tanpa henti sejak 11 Januari.
Koreksi terjadi bersamaan dengan kenaikan nilai SBN beredar yang cukup signifikan serta rencana lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) pemerintah besok.
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 21 Jan 2019 (%) | Yield 22 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 22 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.994 | 8.002 | 0.80 | 7.9623 |
FR0078 | 10 tahun | 8.086 | 8.097 | 1.10 | 8.0664 |
FR0068 | 15 tahun | 8.521 | 8.543 | 2.20 | 8.4914 |
FR0079 | 20 tahun | 8.56 | 8.552 | -0.80 | 8.5191 |
Avg movement | 0.83 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,15 poin (0,07%) menjadi 235,74 dari posisi kemarin 235,9.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 534 bps, melebar dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,75% dari posisi kemarin 2,78%.
Yield US Treasury Acuan 22 Jan 2019
Seri | Benchmark | Yield 21 Jan 2019 (%) | Yield 22 Jan 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi | |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.404 | 2.404 | 3 bulan-5 tahun | -19.5 | |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.612 | 2.595 | 2 tahun-5 tahun | -0.4 | |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.601 | 2.579 | 3 tahun-5 tahun | -2 | |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.618 | 2.599 | 3 bulan-10 tahun | -35.3 | |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.782 | 2.757 | 2 tahun-10 tahun | -16.2 |
Saat ini, inversi yang sudah lumrah terjadi pada US Treasury tenor 2 tahun-5 tahun sejak akhir tahun lalu tidak lagi terjadi, yang menunjukkan potensi inversi kembali sedang mengendor.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 904,41 triliun SBN, atau 37,43% dari total beredar Rp 2.416 triliun berdasarkan data per 18 Januari 2019.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 11,16 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari selisih jumlah beredar Desember 2018 Rp 2.368 triliun dan posisi 18 Januari Rp 2.416 triliun, ada penambahan jumlah SBN beredar yang diterbitkan pemerintah sebesar Rp 47,86 triliun.
Angka itu hampir 2,5 kali lipat dari posisi serupa pada periode yang sama tahun lalu yaitu hanya Rp 19,83 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,27% menjadi 6.468 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,07% menjadi Rp 14.210 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS tidak seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,03% menjadi 96,36.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di pasar Brasil, India, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, pasar JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 21 Jan 2019 (%) | Yield 22 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.13 | 9.04 | -9.00 |
China | 3.11 | 3.13 | 2.00 |
Jerman | 0.259 | 0.255 | -0.40 |
Perancis | 0.66 | 0.656 | -0.40 |
Inggris | 1.324 | 1.329 | 0.50 |
India | 7.596 | 7.524 | -7.20 |
Italia | 2.758 | 2.756 | -0.20 |
Jepang | 0.006 | 0.002 | -0.40 |
Malaysia | 4.066 | 4.067 | 0.10 |
Filipina | 6.478 | 6.458 | -2.00 |
Rusia | 8.26 | 8.29 | 3.00 |
Singapura | 2.227 | 2.225 | -0.20 |
Thailand | 2.475 | 2.47 | -0.50 |
Turki | 15.28 | 15.36 | 8.00 |
Amerika Serikat | 2.782 | 2.757 | -2.50 |
Afrika Selatan | 8.9 | 8.9 | 0.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular