Pasar Obligasi Bukukan Penguatan di Awal Pekan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 January 2019 18:55
Pasar obligasi tanah air berhasil membukukan penguatan di awal pekan.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi tanah air berhasil membukukan penguatan di awal pekan. Hal itu ditunjukkan oleh pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan Pemerintah Indonesia seri acuan.

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun turun masing-masing sebesar 0,2 bps (8,086%), 0,2 bps (8,521%), dan 1,4 bps (8,56%). Sementara itu, yield obligasi tenor 5 tahun naik 0,9 bps ke level 7.994%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Tekanan jual yang sudah menerpa sepanjang minggu lalu membuat yield menjadi menarik sehingga aksi beli kini dilakukan oleh investor.

Minggu Lalu Tertekan, Pasar Obligasi Menguat di Awal PekanFoto: Pergerakan Yield Obligasi Indonesia Sepanjang Minggu Lalu (Refinitiv)

Sepanjang minggu lalu, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi momok bagi pasar obligasi tanah air. Maklum, investor asing banyak memiliki posisi pada obligasi terbitan Pemerintah Indonesia.

Melansir data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dari total surat berharga terbitan Pemerintah Indonesia yang bisa diperdagangkan senilai Rp 2.388,56 triliun (posisi 11 Januari 2019), sebanyak 37,78% dimiliki oleh investor asing.

Ketika rupiah melemah, investor asing menjadi dihadapkan pada risiko kurs. Sepanjang minggu lalu, rupiah melemah 0,92% di hadapan dolar AS.

Pada hari ini, sejatinya rupiah masih melemah. Hingga penutupan perdagangan di pasar spot, rupiah melemah 0,35% ke level Rp 14.220/dolar AS. Namun, yield yang sudah banyak terkerek naik membuat investor tergiur untuk melakukan aksi beli.

Selain itu, sentimen dari sisi eksternal juga mendukung bagi investor untuk memburu obligasi di tanah air. Bloomberg melaporkan China memberikan penawaran untuk menaikkan impor produk-produk asal AS selama enam tahun ke depan dengan nilai total mencapai lebih dari US$ 1 triliun, seperti dikutip dari CNBC International.

Penawaran ini diberikan China kala melakukan negosiasi dengan AS di Beijing pada awal bulan ini. Penawaran ini bertujuan untuk membuat neraca dagang China-AS impas pada 2024. Pada 2018, China membukukan surplus neraca dagang senilai US$ 323 miliar dengan AS.

Jika perang dagang antarkedua negara bisa diakhiri secara permanen, maka tekanan terhadap mata uang negara-negara Asia, termasuk Indonesia akan bisa diredam. Hal itu semakin memantik aksi beli atas obligasi terbitan Pemerintah Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular