Inversi Yield Obligasi tidak Hanya di AS, Tapi Juga Indonesia

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 January 2019 08:17
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada perdagangan kemarin bersamaan dengan lelang dan turut mendorong inversi tingkat imbal hasil (yield) di pasar obligasi domestik. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain yaitu China, India, Malaysia, Filipina, dan Thailan.  

Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Inversi, atau yang biasa disebut inverted yield curve, kembali terjadi pada tenor 15 tahun-20 tahun ketika yield 15 tahun 8,53% lebih tinggi daripada yield tenor 20 tahun yaitu 8,51%. 

Meskipun pasar obligasi Indonesia sering dianggap tidak likuid dan inverted yield curve-nya tidak mencerminkan kondisi makroekonomi, tetapi secara umum inverted yield curve dapat mencerminkan adanya ancaman tekanan ekonomi dalam jangka pendek. 

Seperti di AS, inverted yield curve yang masih terjadi pada tenor 2 tahun-5 tahun menunjukkan sentimen pelaku pasar keuangan yang lebih menggemari tenor panjang daripada tenor pendek.    

Yield Obligasi Negara Acuan 27 Jan 2019
SeriJatuh tempoYield 28 Jan 2019 (%) Yield 29 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 29 Jan'19
FR00775 tahun7.9978.011.307.9684
FR007810 tahun8.1038.1292.608.1331
FR006815 tahun8.518.5362.608.4768
FR007920 tahun8.5058.5161.108.5224
Avg movement1.90
Sumber: Refinitiv 

Hasil Lelang Surat Berharga Negara (SBN)
29-Jan-19SPN 03190430SPN 12200130FR0077FR0078FR0068FR0079
Jatuh tempo26-Dec-186-Jun-1911-Jan-0015-May-2915-Mar-3415-Apr-39
Kupon imbal hasilDiskontoDiskonto8.125%8.25%8.375%8.375%
Yield rerata tertimbang5.8%6.08767%7.97895%8.13984%8.52606%8.52728%
Penawaran masuk 7,7005,00015,6076,1336,9897,193
Penawaran dimenangkan 2,0003,0006,6003,4501,2506,900
Kompetitif dimenangkan 1,0001,5005,0902,7008756,147
Persentase kmpttf thd dimenangkan 50%50%77%78%70%89%
Target indikatif15,000     
Target maksimal30,000     
Total penawaran masuk 48,613     
Penerbitan 23,200     
Rerata penawaran 201955,472     
Rerata penerbitan 201928,000     
Rerata penawaran 201841,602     
Rerata penerbitan 201817,025     
(Rp miliar)
Sumber: DJPPR 

Hari ini, koreksi juga berbarengan dengan lelang yang digelar pemerintah yang sukses menerbitkan dalam jumlah rentang yang sesuai dengan target yaitu Rp 23,2 triliun. 

Di tengah koreksi pasar, permintaan yang masuk Rp 48,61 triliun masih lebih rendah daripada rerata 2019 Rp 55,47 triliun atau lelang sebelumnya Rp 55,67 triliun.

Nilai penerbitan juga semakin mengecil, meskipun masih dalam rentang target yang ditetapkan sebelumnya.
 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,05 poin (0,02%) menjadi 236,29 dari posisi kemarin 236,24. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 900,34 triliun SBN, atau 37,21% dari total beredar Rp 2.419 triliun berdasarkan data per 28 Januari.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 7,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,71% pada periode yang sama. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular