
Ternyata Isu Ini yang Jadi Sumber Kecemasan Bos BI
Yanurisa Ananta & Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 January 2019 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan beberapa hal yang menjadi sumber kekhawatirannya terkait perekonomian Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Sebagian besar dari hal tersebut bersumber dari gejolak eksternal yang dapat juga berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri.
"Apakah penutupan pemerintahan [di Amerika Serikat] akan berdampak pada aspek lain..., kita juga menilai bank sentral China berusaha meningkatkan sisi permintaan dalam negeri, dan juga Brexit di Eropa karena memang sangat sulit memperkirakannya," kata Perry dalam acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
"Kita sebagai ekonomi terbuka terus-menerus bertemu membahas itu. Kita selalu memutakhirkan informasi kita setiap bulannya," tambahnya.
Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/ CBO) AS baru saja mengeluarkan data bahwa penutupan pemerintahan atau government shutdown selama 35 hari yang berakhir Jumat pekan lalu membuat ekonomi AS kehilangan kehilangan US$3 miliar (Rp 42,3 triliun).
Lembaga itu juga mengatakan penutupan pemerintahan akan membuat ekonomi AS lebih rendah 0,02% dari yang diharapkan pada tahun 2019. Pelemahan ekonomi terbesar di dunia itu bisa menyeret turun perekonomian lainnya di dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu, ketidakpastian Brexit dan lesunya ekonomi China ikut menambah risiko perekonomian global.
"Jika ada habadaidai gejolak global, ini sama halnya seperti gejolak setiap hari," kata Perry. "[Untuk menghadapinya] pertama kita yakinkan tubuh kita sehat, kedua harus diet, dan harus punya banyak teman [negara sahabat]."
(prm/roy) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
Sebagian besar dari hal tersebut bersumber dari gejolak eksternal yang dapat juga berdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri.
"Apakah penutupan pemerintahan [di Amerika Serikat] akan berdampak pada aspek lain..., kita juga menilai bank sentral China berusaha meningkatkan sisi permintaan dalam negeri, dan juga Brexit di Eropa karena memang sangat sulit memperkirakannya," kata Perry dalam acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/ CBO) AS baru saja mengeluarkan data bahwa penutupan pemerintahan atau government shutdown selama 35 hari yang berakhir Jumat pekan lalu membuat ekonomi AS kehilangan kehilangan US$3 miliar (Rp 42,3 triliun).
Lembaga itu juga mengatakan penutupan pemerintahan akan membuat ekonomi AS lebih rendah 0,02% dari yang diharapkan pada tahun 2019. Pelemahan ekonomi terbesar di dunia itu bisa menyeret turun perekonomian lainnya di dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu, ketidakpastian Brexit dan lesunya ekonomi China ikut menambah risiko perekonomian global.
"Jika ada habadaidai gejolak global, ini sama halnya seperti gejolak setiap hari," kata Perry. "[Untuk menghadapinya] pertama kita yakinkan tubuh kita sehat, kedua harus diet, dan harus punya banyak teman [negara sahabat]."
(prm/roy) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular