
Risaukan Perang Dagang & The Fed, Trader Lepas Dolar AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
29 January 2019 16:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi terlemahnya dalam dua pekan terakhir terhadap euro saat perdagangan di wilayah Eropa dibuka, Selasa (29/1/2019).
Meningkatnya kekhawatiran pasar akan perseteruan dagang AS-China mendorong para pelaku pasar melepas dolar dan lebih memilih mata uang safe haven, seperti yen Jepang dan franc Swiss.
Euro menguat 0,06% terhadap greenback dan diperdagangkan di US$1,1440 hingga pukul 16.03 WIB. Ini adalah posisi terkuat euro sejak 14 Januari, menurut data Refinitiv.
Di saat yang sama, yen naik tipis 0,01% terhadap dolar AS dan berada di posisi 109,33 yen.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama dunia, melemah 0,09% menjadi 95,658, menurut data Refinitiv.
AS pada hari Senin mengumumkan tuntutan pidana terhadap perusahaan asal China, Huawei Technologies, dan memanaskan kembali perseteruan dengan raksasa teknologi dunia itu. Pengumuman tersebut dilakukan beberapa hari sebelum perundingan dagang antara kedua negara Rabu hingga Kamis ini.
Para pelaku pasar juga memusatkan perhatian pada rapat penentuan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve pada 29-30 Januari waktu setempat. Gubernur Jerome Powell diperkirakan akan mempertahankan bunga acuan dan mengakui meningkatkan risiko perekonomian AS saat pertumbuhan global melambat, dilansir dari Reuters.
(roy) Next Article Goldman Sachs 'Buang' Mata Uang Ini Pasca Pilpres AS, Kenapa?
Meningkatnya kekhawatiran pasar akan perseteruan dagang AS-China mendorong para pelaku pasar melepas dolar dan lebih memilih mata uang safe haven, seperti yen Jepang dan franc Swiss.
Euro menguat 0,06% terhadap greenback dan diperdagangkan di US$1,1440 hingga pukul 16.03 WIB. Ini adalah posisi terkuat euro sejak 14 Januari, menurut data Refinitiv.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama dunia, melemah 0,09% menjadi 95,658, menurut data Refinitiv.
AS pada hari Senin mengumumkan tuntutan pidana terhadap perusahaan asal China, Huawei Technologies, dan memanaskan kembali perseteruan dengan raksasa teknologi dunia itu. Pengumuman tersebut dilakukan beberapa hari sebelum perundingan dagang antara kedua negara Rabu hingga Kamis ini.
Para pelaku pasar juga memusatkan perhatian pada rapat penentuan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve pada 29-30 Januari waktu setempat. Gubernur Jerome Powell diperkirakan akan mempertahankan bunga acuan dan mengakui meningkatkan risiko perekonomian AS saat pertumbuhan global melambat, dilansir dari Reuters.
(roy) Next Article Goldman Sachs 'Buang' Mata Uang Ini Pasca Pilpres AS, Kenapa?
Most Popular