
Sri Mulyani Was-was Dampak Harga Minyak Dunia ke APBN 2019
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
17 January 2019 11:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan proyeksi ekonomi 2019. Salah satu poin yang disampaikan Sri Mulyani, ialah mengenai proyeksi harga minyak mentah Indonesia (ICP).
Sri Mulyani didampingi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, memproyeksikan kalau harga minyak mentah Brent 2019 masih bervariasi pada rentang US$ 55 - 75 per barel.
Proyeksi ini tidak dibuat tanpa ada perhitungan maupun pertimbangan khusus, salah satunya menyesuaikan laporan stok minyak mentah global yang dirilis dari Energy Information Administration (EIA).
"EIA memperkirakan harga Brent 2019 sebesar US$ 61 per barel karena faktor kelebihan pasokan global dan peningkatan inventori di negara maju," kata Sri Mulyani, Rabu (16/1/2019).
Selain itu, Sri Mulyani juga menjelaskan faktor apa saja yang membuat proyeksi harga minyak mentah berada dalam kisaran itu. Menurutnya, faktor ekonomi global dan pasokan minyak mentah dunia menjadi faktor fundamental yang harus dipertimbangkan.
"Faktor fundamental, seperti pertumbuhan ekonomi global yang stagnan di kisaran 3,5%. Hal ini membuat permintaan minyak mentah global diperkirakan melambat, karena moderasi Tiongkok dan aktivitas ekonomi yang tertahan di beberapa negara OECD."
"Di sisi lain, produksi minyak mentah global cenderung meningkat terutama di negara non OPEC, AS, dan Kanada."
Tak hanya itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan kalau pemerintah akan waspada terhadap resiko harga minyak mentah global yang berfluktuasi dan penuh ketidakpastian.
"Kenaikkan yang tajam harga minyak dunia dapat menimbulkan tekanan inflasi atau tekanan anggaran subsidi, maupun anggaran BUMN PSO. Di sisi lain, penurunan harga minyak yang cukup dalam dapat memberi tekanan pada penerimaan negara dari minyak mentah," tandasnya.
(gus) Next Article ICP Desember Turun Tajam, Sentuh US$ 54/Barel
Sri Mulyani didampingi dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, memproyeksikan kalau harga minyak mentah Brent 2019 masih bervariasi pada rentang US$ 55 - 75 per barel.
Proyeksi ini tidak dibuat tanpa ada perhitungan maupun pertimbangan khusus, salah satunya menyesuaikan laporan stok minyak mentah global yang dirilis dari Energy Information Administration (EIA).
"EIA memperkirakan harga Brent 2019 sebesar US$ 61 per barel karena faktor kelebihan pasokan global dan peningkatan inventori di negara maju," kata Sri Mulyani, Rabu (16/1/2019).
Selain itu, Sri Mulyani juga menjelaskan faktor apa saja yang membuat proyeksi harga minyak mentah berada dalam kisaran itu. Menurutnya, faktor ekonomi global dan pasokan minyak mentah dunia menjadi faktor fundamental yang harus dipertimbangkan.
"Faktor fundamental, seperti pertumbuhan ekonomi global yang stagnan di kisaran 3,5%. Hal ini membuat permintaan minyak mentah global diperkirakan melambat, karena moderasi Tiongkok dan aktivitas ekonomi yang tertahan di beberapa negara OECD."
"Di sisi lain, produksi minyak mentah global cenderung meningkat terutama di negara non OPEC, AS, dan Kanada."
Tak hanya itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan kalau pemerintah akan waspada terhadap resiko harga minyak mentah global yang berfluktuasi dan penuh ketidakpastian.
"Kenaikkan yang tajam harga minyak dunia dapat menimbulkan tekanan inflasi atau tekanan anggaran subsidi, maupun anggaran BUMN PSO. Di sisi lain, penurunan harga minyak yang cukup dalam dapat memberi tekanan pada penerimaan negara dari minyak mentah," tandasnya.
(gus) Next Article ICP Desember Turun Tajam, Sentuh US$ 54/Barel
Most Popular