
Melesat 1,58%, Rupiah Terbaik di Asia Pekan Ini!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 January 2019 16:00

Pukulan bagi dolar AS datang dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve edisi Desember pada hari Rabu (9/1/2019).
Dalam notulensi tersebut, terlihat jelas bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega mulai menahan diri dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Kemudian, dolar AS kembali dipukul mundur oleh pernyataan Powell kala berbicara di forum Economic Club of Washington pada hari kamis (10/1/2019). Sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.
Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 71,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi.
(ank/roy)
Dalam notulensi tersebut, terlihat jelas bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega mulai menahan diri dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 71,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi.
(ank/roy)
Next Page
Bank Indonesia Kokohkan Posisi Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular