
Begini Kata BI Soal Asing yang Kuasai Rp 902 T SBN RI
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
11 January 2019 14:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Porsi kepemilikan investor asing pada surat berharga negara (SBN) atau obligasi pemerintah kembali menembus rekor tertingginya. Berdasarkan data terakhir Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, nilai kepemilikan investor asing kali ini mencapai Rp 902,44 triliun atau 37,81% dari total nilai SBN.
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor global yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke SBN.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan, bank sentral tidak dalam posisi menentukan berapa seharusnya porsi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN). Sebab, kata dia hal itu diperlukan pemerintah untuk pembiayaan perekonomian.
"Oh kita nggak melihat level, itu kan diperlukan untuk pembiayaan," ujar Dody Budi Waluyo, kepada CNBC Indonesia saat ditemui Jumat (11/1/2019) di Kompleks Bank Indonesia.
Dody melanjutkan instrumen SBN selain dipakai untuk pembiayaan pembangunan juga diperlukan pemerintah untuk membayar kewajiban bunga utang. "Nggak nggak (ada patokan asing berapa), itu kan diperlukan untuk pendanaan perekonomian, dana itu diperlukan oleh pemerintah juga untuk financing," tutur dia.
Dody melanjutkan, yang terpenting dengan adanya porsi kepemilikan asing pada SBN adalah mengelolanya agar tetap stabil, supaya tidak ada risiko yang mungkin saja bisa ditimbulkan karena kepemilikan asing tersebut.
"Kita yang penting menjaga, memanage saja, untuk tidak ada risiko yang akan muncul karena kepemilikan asing itu, jadi stabilitas lah yang penting," ujar Dody.
Secara terpisah, Direktur SUN Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, saat ini negara dari kawasan Eropa menjadi pemilik terbesar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia. Setelah Eropa peringkat kedua SBN dikuasai negara dari Amerika dan ketiga dari benua Asia.
"Kalau yang terbesar sih domestik dari (sisi) kepemilikan. Asing itu kan Eropa lalu kemudian Amerika, lalu Asia. Top three-nya itu," kata Loto, di Jakarta, Kamis (10/1/2018).
Sekadar gambaran, di tahun ini, pemerintah berniat menerbitkan SBN senilai Rp 825,7 triliun (gross) atau Rp 388,96 triliun (nett).
Meskipun bertambah, pertumbuhan nilai penerbitan Rp 388,96 triliun tersebut lebih kecil 6,16% dibandingkan dengan target penerbitan bersih 2018 senilai Rp 414,5 triliun, meskipun masih lebih tinggi 8,53% dari realisasi penerbitan 2018 Rp 358,4 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article BI: Rupiah Masih Belum Stabil, Kita Masih Intervensi!
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor global yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke SBN.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan, bank sentral tidak dalam posisi menentukan berapa seharusnya porsi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN). Sebab, kata dia hal itu diperlukan pemerintah untuk pembiayaan perekonomian.
"Oh kita nggak melihat level, itu kan diperlukan untuk pembiayaan," ujar Dody Budi Waluyo, kepada CNBC Indonesia saat ditemui Jumat (11/1/2019) di Kompleks Bank Indonesia.
Dody melanjutkan, yang terpenting dengan adanya porsi kepemilikan asing pada SBN adalah mengelolanya agar tetap stabil, supaya tidak ada risiko yang mungkin saja bisa ditimbulkan karena kepemilikan asing tersebut.
"Kita yang penting menjaga, memanage saja, untuk tidak ada risiko yang akan muncul karena kepemilikan asing itu, jadi stabilitas lah yang penting," ujar Dody.
Secara terpisah, Direktur SUN Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, saat ini negara dari kawasan Eropa menjadi pemilik terbesar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia. Setelah Eropa peringkat kedua SBN dikuasai negara dari Amerika dan ketiga dari benua Asia.
"Kalau yang terbesar sih domestik dari (sisi) kepemilikan. Asing itu kan Eropa lalu kemudian Amerika, lalu Asia. Top three-nya itu," kata Loto, di Jakarta, Kamis (10/1/2018).
Sekadar gambaran, di tahun ini, pemerintah berniat menerbitkan SBN senilai Rp 825,7 triliun (gross) atau Rp 388,96 triliun (nett).
Meskipun bertambah, pertumbuhan nilai penerbitan Rp 388,96 triliun tersebut lebih kecil 6,16% dibandingkan dengan target penerbitan bersih 2018 senilai Rp 414,5 triliun, meskipun masih lebih tinggi 8,53% dari realisasi penerbitan 2018 Rp 358,4 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article BI: Rupiah Masih Belum Stabil, Kita Masih Intervensi!
Most Popular