
Direktur SUN: Ada Tren Penurunan Yield, Tapi Bisa Balik Arah
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 January 2019 14:47

CNBC Indonesia, Jakarta - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mengakui ada tren penurunan imbal hasil yang diminta investor saat ini atas Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan. Namun kecenderungan penurunan imbal hasil (yield) itu bisa ada kemungkinan berbalik arah.
"Nah kecenderungannya saat ini relatif menganggap ke depan tidak seagresif 2018 dengan segala alasan dan data pendukung. Tapi dengan event-event global, bisa saja pasar bergerak tidak sesuai dengan perkiraan. Makanya bisa saja perkiraan kecenderungannya bisa berbalik arah," kata Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Kementerian Keuangan di Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Loto menegaskan saat ini, jika dibandingkan dengan tahun lalu, memang ada penurunan imbal hasil atas surat berharga yang diminta investor. Hanya saja ada sentimen juga dari penguatan rupiah.
Menurut dia kupon yang ditetapkan pemerintah dalam merilis SBN dikaji dengan segala data yang ada, sentimen ekonomi, termasuk data pendukung seperti pernyataan pejabat berwenang untuk melihat apakah kupon yang ditetapkan agresif atau tidak.
Mulai 10 Januari ini, pemerintah kembali merilis Saving Bond Ritel (SBR) Seri SBR005 dengan kupon yang cukup tinggi. Jumlah penerbitan indikatif dipatok senilai Rp 2 triliun dan target maksimalnya Rp 5 triliun.
Instrumen investasi ini dikhususkan bagi investor domestik yang pembeliannya bisa dilakukan secara daring atau online, dengan kupon 8,15%, berselisih 215 basis poin (bps) dengan suku bunga acuan 6%.
Mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), tingkat imbal hasil SUN tenor 10 tahun yang menjadi patokan di pasar obligasi domestik berada di level 8,19%, naik dari sebelumnya 8,11%.
(tas) Next Article Suku Bunga Acuan BI Naik, Bunga SBR Naik Jadi 8,3%
"Nah kecenderungannya saat ini relatif menganggap ke depan tidak seagresif 2018 dengan segala alasan dan data pendukung. Tapi dengan event-event global, bisa saja pasar bergerak tidak sesuai dengan perkiraan. Makanya bisa saja perkiraan kecenderungannya bisa berbalik arah," kata Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Kementerian Keuangan di Jakarta, Kamis (10/1/2019).
Menurut dia kupon yang ditetapkan pemerintah dalam merilis SBN dikaji dengan segala data yang ada, sentimen ekonomi, termasuk data pendukung seperti pernyataan pejabat berwenang untuk melihat apakah kupon yang ditetapkan agresif atau tidak.
Mulai 10 Januari ini, pemerintah kembali merilis Saving Bond Ritel (SBR) Seri SBR005 dengan kupon yang cukup tinggi. Jumlah penerbitan indikatif dipatok senilai Rp 2 triliun dan target maksimalnya Rp 5 triliun.
Instrumen investasi ini dikhususkan bagi investor domestik yang pembeliannya bisa dilakukan secara daring atau online, dengan kupon 8,15%, berselisih 215 basis poin (bps) dengan suku bunga acuan 6%.
Mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), tingkat imbal hasil SUN tenor 10 tahun yang menjadi patokan di pasar obligasi domestik berada di level 8,19%, naik dari sebelumnya 8,11%.
(tas) Next Article Suku Bunga Acuan BI Naik, Bunga SBR Naik Jadi 8,3%
Most Popular