Suku Bunga Acuan BI Naik, Bunga SBR Naik Jadi 8,3%

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 October 2018 20:22
Pembayaran kupon SBR dilakukan tanggal 20 setiap bulannya.
Foto: Irvin Avriano Arief
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau seven day repo reverse repo (7DRRR) pekan lalu akan membuat pemerintah menyesuaikan suku bunga obligasi simpanan ritel (saving bond retail/SBR) yang masih beredar, yaitu SBR-003 dan SBR-004. 

Kenaikan suku bunga yang diapresiasi pasar surat berharga negara (SBN) dengan kenaikan harga di pasar sekunder tersebut tentu akan membuat hitungan bunga SBR berubah karena ketentuan bunga SBR didasari konsep mengambang dengan kupon minimal (floating with floor). 

Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, menyatakan penyesuaian dilakukan pada periode 3 bulan sekali. Untuk SBR-003, meskipun suku bunga ketika ditetapkan adalah 6,8% suku bunga acuan 4,25% ditambah selisih (spread) tetap 255 basis poin (bps), maka kupon yang berlaku masih 8,05% hingga 20 November.

Perbandingan 100 bps setara dengan 1%. Dengan kenaikan suku bunga menjadi 5,75% hingga September, maka kupon SBR-003 akan menjadi 8,3% pada periode evaluasi kupon selanjutnya, yaitu setelah 20 November. Periode empat bulanan berlakunya kupon SBR-003 adalah 21 Februari, 21 Mei, 21 Agustus, dan 21 November. 

Kupon SBR-004 yang masih berlaku adalah 8,05% (spread 255 basis poin (bps) ditambah suku bunga acuan 5,5%). Dengan kenaikan suku bunga 27 September, maka kuponnya juga akan naik menjadi 8,3% setelah 20 Desember. 

Periode empat bulanan berlakunya kupon SBR-004 adalah 21 Maret, 21 Juni, 21 September, dan 21 Desember. Pembayaran kupon SBR dilakukan tanggal 20 setiap bulannya.

Simulasi pada kedua seri SBR itu belum melibatkan kemungkinan adanya penaikan suku bunga acuan Bank Indonesia pada Desember, yang digadang-gadang akan mengikuti langkah bank sentral AS. 

"Besaran kupon untuk masing-masing seri SBR akan menggunakan referensi suku bunga yang berlaku pada tanggal penyesuaian kupon dimaksud," ujar Loto melalui pesan singkat. 

SBR merupakan salah satu instrumen obligasi ritel pemerintah, selain obligasi negara ritel (ORI), sukuk ritel (Sukri), dan sukuk tabungan. Berbeda dengan ORI dan Sukri, SBR dan sukuk tabungan tidak dapat ditransaksikan di pasar sekunder dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo, kecuali pada momen tertentu yang dibolehkan.

Hal ini memungkinkan tidak ada risiko kenaikan-penurunan harga di pasar. SBR-004 berhasil dilepas pemerintah senilai Rp 7,32 triliun, 4,9 kali lipat dari target awal mitra distribusi (midis) Rp 1,49 triliun. Jumlah investor yang berpartisipasi dalam SBR tersebut sebanyak 21.672 investor, mayoritas dari jumlah penjualan tersebut (40,99%) atau senilai Rp 3 triliun diborong investor umur milenial, yaitu 18 tahun-38 tahun. 

Sebagian besar investor SBR004 masih didominasi dari Jawa Barat Rp 3,29 triliun dan Jakarta Rp 3,27 triliun, serta profesi yang paling banyak membeli SBR004 adalah pegawai swasta 37,95%. Dari sisi mitra distribusi (midis), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memuncaki klasemen dengan nilai pemasaran tertinggi dibanding 10 midis lain, yaitu mencapai Rp 3,62 triliun.  

SeriKupon  (%) Ketika TerbitJumlah penerbitan Rp triliun)
SBR0018,752,39
SBR0027,53,91
SBR0036,81,92
SBR0048,057,34
Sumber: Diolah  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pasar Obligasi Positif Terbantu Asing, Penerbitan SBR Lancar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular