Schroder Target AUM Rp 98 T, Ini Kriteria Saham Pilihannya

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 January 2019 14:11
Dia mengatakan kenaikan tersebut akan disumbang dari apresiasi pasar keuangan, baik saham maupun obligasi, ditambah dari masuknya dana kelolaan dari investor.
Foto: Reksa Dana (CNBC Indonesia/Irvin Avriano Arief)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroder Investment Management Indonesia menargetkan dana kelolaan tumbuh menjadi Rp 97,97 triliun pada 2019 dari Rp 87,09 triliun akhir tahun lalu. 

"Target kenaikan asset under management (AUM/dana kelolaan) 12,5%, tidak sampai Rp 100 triliun, tepatnya Rp 97,97 triliun," ujar Michael Tjandra Tjoajadi, Direktur Utama Schroders Indonesia, kepada CNBC di Gedung Bursa Efek Indonesia kemarin (10/1/19). 

Dia mengatakan kenaikan tersebut akan disumbang dari apresiasi pasar keuangan, baik saham maupun obligasi, ditambah dari masuknya dana kelolaan dari investor. 

Tahun ini, manajer investasi berdana kelolaan terbesar di Indonesia tersebut optimistis pada pasar saham domestik karena didukung kondisi global yang membaik. 

Faktor global pertama adalah kenaikan the Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan tidak segaresif tahun sebelumnya, dan faktor kedua adalah harga minyak yang lebih rendah. 

Hal tersebut diprediksi dapat menciptakan sentimen positif untuk kelas aset pasar negara berkembang termasuk Indonesia serta mendorong penguatan rupiah. 

Saat ini, lanjut Michael, jumlah nominal pembelian reksa dana dari perbankan ke perusahaan masih lebih banyak dibandingkan dengan yang dijual melalui perusahaan agen penjual reksa dana (APERD) berbasis teknologi informasi (fintech). 

Meskipun demikian, dia meyakini tidak lama lagi kontribusi industri fintech ke pasar modal dan ke industri reksa dana dapat berarti dan bisa diandalkan dalam beberapa tahun ke depan. 

"Fintech is the future, jadi harus dimulai dari sekarang. Kontribusi nyata sudah terlihat dari banyaknya nasabah baru dari fintech, tetapi baru 5 tahun ke depan dana dari fintech dapat terlihat kontribusinya. " 

Beberapa waktu lalu, Director-Portflio Manager Schroders Indonesia, Irwanti, menyampaikan rencana strategi 2019. Menurut dia, perang dagang diprediksi masih akan berlangsung yang membuat ekonomi dunia masih sulit tumbuh.

Lalu bagaimana Schroders Indonesia memilih saham-saham yang akan masuk dalam portofolio 2019 dan apa saja kriterianya?

Irwanti memaparkan, untuk 2019 saham yang jadi bidikan Schroders adalah dari sektor barang konsumsi. Salah satu argumentasi Irwanti adalah, alokasi anggaran pemerintah untuk subsidi dalam bentuk Program Keluarga Harapan bisa menjaga tingkat konsumsi masyarakat.

Selain itu, penurunan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) akan membuat biaya produksi produsen makanan menjadi turun. "CPO punya turunan yang banyak sekali, mulai dari minyak makan, bahan baku kosmetika, sabun dll. Tentu ini akan menguntungkan bagi emiten konsumer karena harga bahan bakunya turun," jelas Irwanti.

Sementara itu, untuk saham dari sektor perbankan mendapat penilaian netral dari Irwanti. "Dari sisi valuasi saham perbankan sebenarnya murah. Bagus tidak, jelek pun tidak. Masalah NPL juga sudah selesai, tetapi ada masalah likuditas di mana LDR (loan to deposit ratio) sudah mencapai 94%, jadi sulit bagi perbankan untuk ekspansi kredit," tambahnya.

Untuk saham pertambangan, lanjut Irwanti, pada 2019 akan menjadi tahun yang buruk. Kejatuhan harga minyak tampaknya akan membuat saham-saham dari sektor ini cenderung kurang diapresiasi pasar.

"Dengan melihat kondisi sekarang, sektor pertambangan tampaknya akan sulit," pungkasnya.

Per akhir tahun lalu, AUM Schroders Indonesia mencapai Rp 87 triliun, sehingga pada akhir 2018 dana kelolaan perusahaan terhitung flat tetapi di sisi lain dapat mempertahankan dana kelolaan ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2,54% pada periode tersebut. 

Dari AUM Rp 87,09 triliun per akhir 2018, sebanyak Rp 46,3 triliun di antaranya berupa reksa dana konvensional dan menjadi yang tertinggi di antara pelaku industri lain. 

Di bawah posisi Schroders Indonesia ada PT Mandiri Manajemen Investasi, PT Batavia TCW Investment Management, dan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dengan dana kelolaan reksa dana masing-masing Rp 42,04 triliun, Rp 40,34 triliun, Rp 38,77 triliun, dan Rp 27,83 triliun.  

Manajer InvestasiDana Kelolaan (Rp miliar)
Schroder Investment Management Indonesia, PT46,303
Mandiri Manajemen Investasi, PT42,047
Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT40,342
Bahana TCW Investment Management, PT38,770
Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT27,833
Sinarmas Asset Management, PT22,804
Danareksa Investment Management, PT19,168
Syailendra Capital, PT17,816
Trimegah Asset Management, PT17,384
BNP Paribas Investment Partners, PT16,892
Sumber: Diolah  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Reksa Dana Schroders Menguap Rp 6 T, Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular