Newsletter

The Fed Kian Lunak, Tapi Dolar AS Bersiap Balas Dendam

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 January 2019 05:57
The Fed Kian Lunak, Tapi Dolar AS Bersiap Balas Dendam
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menunjukkan penampilan yang impresif kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan menjadi yang terbaik di Asia. 

Pada perdagangan kemarin, IHSG mengakhiri hari dengan penguatan 0,9% dan menyentuh level psikologis 6.300, kali pertama sejak April 2018. Bursa saham utama Asia bergerak variatif, dan IHSG menjadi yang terbaik. Indeks Nikkei 225 anjlok 1,29%, Hang Seng naik 0,22%, Shanghai Composite melemah 0,36%, Kospi turun 0,07%, dan Straits Times bertambah 0,81%. 


Sementara rupiah ditutup dengan apresiasi 0,5% terhadap greenback. Seperti halnya IHSG, rupiah juga menjadi yang terbaik di Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Asia lain yang sebaik rupiah. 


Risk appetite investor sedang tinggi karena perkembangan dari China. Selepas dialog dagang AS-China di Beijing yang berakhir kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden China Wang Qishang dijadwalkan bertemu di sela-sela World Economic Forum di Davos (Swiss) pada 22 Januari, seperti dikutip dari South China Morning Post. 

Investor optimistis bahwa Beijing dan Washington akan mampu memperbaiki hubungan yang sempat panas tahun lalu akibat perang dagang. Dalam dialog dagang di Beijing kemarin, Kementerian Perdagangan China menilai hasilnya cukup memuaskan. 

"Kedua pihak menjalani diskusi yang meluas, dalam, dan menyeluruh mengenai isu-isu struktural dan perdagangan. Intinya, terjadi kesepahaman bersama yang menjadi dasar resolusi. Kedua negara juga sepakat untuk terus menjalin hubungan yang erat," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters. 

Pertemuan Trump- Wang diperkirakan semakin memperjelas arah hubungan kedua negara menuju damai dagang. Sesuatu yang sangat dinantikan oleh pelaku ekonomi di seluruh dunia. 

Kabar tersebut cukup ampuh untuk menaikkan risk appetite pelaku pasar. Arus modal mengalir deras ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. 

Faktor lain yang menambah kepercayaan diri investor untuk masuk ke Asia adalah koreksi yang dialami dolar AS. Pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif. 

"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu. 

Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin suram. Pertemuan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) berikutnya adalah pada 30 Januari. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% adalah 98,4%. 

Kemudian pada rapat FOMC 20 Maret, Federal Funds Rate juga diperkirakan belum naik. CME Fedwatch mencatat kemungkinan suku bunga acuan ditahan mencapai 96,9%. 

Tanpa kenaikan suku bunga acuan (setidaknya dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah.  

Depresiasi dolar AS secara global mampu dimanfaatkan dengan baik oleh mata uang Asia. Penguatan mata uang membuat investor semakin yakin untuk menanamkan modal di pasar keuangan Benua Kuning. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari Wall Street, tiga indeks utama kembali mencatatkan hasil positif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,51%, S&P 500 menguat 0,45%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,42%. Wall Street sudah menguat selama 5 hari beruntun. 

Powell lagi-lagi menjadi 'aktor intelektual' di balik kinerja Wall Street yang kinclong. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati penerapan kebijakan moneter. 

"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters. 

Ketika ditanya apakah The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan dua kali pada 2019, Powell menjawab "Itu adalah kondisi di mana ekonomi diproyeksikan sangat kuat pada 2019. Proyeksi yang mungkin masih bisa terjadi," sebut Powell dengan kalimat bersayap. 

Namun, pelaku pasar membaca bahwa The Fed yang semakin kurang hawkish sudah terlihat nyata. The Fed kini begitu hati-hati, begitu kalem, dan bahkan sudah berani menyebut inflasi rendah dan terkendali. Artinya, kebutuhan untuk menaikkan Federal Fund Rate akan semakin berkurang. 

Pasar saham menyambut berita ini dengan suka cita. Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah. Sikap The Fed sepertinya mengarah ke sana, sehingga laju Wall Street belum terbendung. 

Namun penguatan Wall Street dibatasi oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap kinerja korporasi dalam musim laporan keuangan (earnings season) kuartal IV-2018. Berita negatif soal Apple beberapa waktu lalu seakan memberi alarm bahwa perusahaan di AS harus menerima kenyataan penurunan kinerja.

 
Saham Macy's, jaringan peritel di AS, anjlok 17,69% setelah proyeksi perlambatan penjualan pada musim liburan kemarin. Penjualan diperkirakan tumbuh 2%, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yaitu 2,3-2,5%. 

"Musim liburan berawal dengan baik, terutama saat Black Friday (jelang Thanksgiving). Namun ada perlambatan pada pertengahan Desember dan tidak naik setinggi perkiraan kala memasuki Natal," ungkap Jeff Gennette, CEO Macy's, mengutip Reuters. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kabar gembira dari Wall Street. Bursa saham New York yang masih dalam reli diharapkan menjadi motivasi bagi bursa saham Asia untuk melakukan hal serupa. 

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS, yang sangat terpengaruh oleh komentar terbaru dari Powell. Namun bagi dolar AS, yang dicerna bukan di bagian bersabar atau inflasi sudah rendah dan terkendali. 

Dalam kesempatan yang sama, Powell juga menegaskan bahwa The Fed masih akan melanjutkan proses normalisasi neraca. Sejak krisis keuangan global 2008, The Fed banyak menyerap surat berharga sebagai bagian dari stimulus moneter (quantitative easing). Namun kini ekonomi AS sudah pulih, sehingga neraca The Fed yang begitu 'gemuk' harus menjalani program diet. 

The Fed akan terus menjual surat berharga yang tercatat dalam neracanya, menarik likuiditas dari pasar. Dalam satu titik, proses ini bisa sama seperti menaikkan suku bunga acuan yaitu membuat likuiditas berkurang sehingga laju pertumbuhan ekonomi melambat.  

Selain itu, Powell juga sebenarnya masih agak hawkish karena menyatakan kenaikan suku bunga acuan masih mungkin ditempuh. Oleh karena itu, dolar AS masih punya harapan. 

Merespons komentar Powell, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,35% pada pukul 05:50 WIB. Keperkasaan dolar AS ini bisa saja merambat ke Asia. Dolar AS pun siap membalas dendam, rupiah wajib waspada. 

Sentimen ketiga adalah hubungan AS-China yang semakin harmonis. Selepas dialog 3 hari di Beijing, Reuters memberitakan Wakil Perdana Menteri Liu He akan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

"Rencananya adalah Liu He akan datang ke Washington. Namun sepengetahuan saya, waktunya belum ditetapkan. Apakah sebelum Tahun Baru Imlek atau sesudahnya," ungkap Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters. 

"Kami terus bernegosiasi dengan China dan mencapai kesuksesan besar. Saya rasa negosiasi dengan China lebih mudah dibandingkan dengan partai oposisi," kata Presiden Trump kepada wartawan , mengutip Reuters. 

Kian eratnya poros Washington-Beijing membuat harapan akan terciptanya damai dagang semakin menebal. Kabar ini bisa membuat investor kembali bergairah dan berani masuk ke pasar negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Jika ini terjadi, maka menjadi berita bahagia bagi IHSG dan rupiah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Sentimen keempat, terkait dengan komentar Trump, adalah perkembangan politik anggaran di AS. Sampai saat ini, pemerintahan AS masih tutup sebagian (partial shutdown) karena belum ada persetujuan anggaran antara pemerintah dan legislatif.  

Trump masih keukeuh ingin ada anggaran US$ 5,7 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko. Partai Demokrat yang kini menguasai House of Representative menolak rencana ini, sehingga anggaran masih belum bisa disepakati. 

Trump pun mengancam akan menggunakan kewenangannya untuk mengeksekusi anggaran tanpa persetujuan legislatif. Hal ini bisa dilakukan apabila Presiden merasa ada kondisi darurat nasional. 

"Saya punya hak untuk menyatakan kondisi darurat nasional. Saya belum siap untuk melakukannya, tetapi kalau terpaksa maka akan saya lakukan. Hampir pasti akan saya lakukan," tegas Trump. 

"Saya merasa China lebih terhormat dibandingkan si cengeng Chuck (Schumer) dan Nancy (Pelosi). Betul itu," sambung Trump, merujuk kepada para pimpinan Partai Demokrat di Senat dan House. 

Gaduh di Washington ini berpotensi mengganggu pasar keuangan. Perhatian investor sedikit banyak akan teralihkan ke isu ini, sehingga ada kemungkinan untuk bermain aman. Artinya, ada risiko investor akan menunda untuk masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang sehingga tidak mendukung penguatan IHSG dan rupiah. 

Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data ekonomi terbaru. Bank Indonesia (BI) mencatat ada ekspansi dunia usaha yang ditunjukkan dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang tumbuh 6,19% pada kuartal IV-2018. Masih positif, yang menggambarkan ekspansi. 

Namun ekspansi dunia usaha melambat signifikan dibandingkan kuartal III-2018, di mana SBT tumbuh 14,23%. Dibandingkan kuartal IV-2017, juga ada perlambatan karena saat itu SBT tumbuh 7,4%. 

Salah satu faktor yang membuat ekspansi dunia usaha kurang semarak adalah kenaikan suku bunga. Tahun lalu, BI menaikkan suku bunga acuan sampai 175 basis poin, yang ikut mengerek suku bunga pinjaman di tingkat perbankan. Biaya ekspansi menjadi semakin mahal sehingga lajunya melambat. 

Sementara angka Prompt Manufacturing Index kuartal IV-2018 berada di 51,92%. Industri manufaktur masih ekspansif karena di atas 50%, tetapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 52,02%. 

Data-data ini menggambarkan bahwa dunia usaha di dalam negeri memperlambat lajunya. Sepertinya bisa menjadi salah satu sentimen yang membebani langkah IHSG dan rupiah hari ini. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini: 
  • Rilis data pertumbuhan pemesanan mesin Jepang periode November 2018 (11:50 WIB).
  • Rilis data indeks harga produsen Jepang periode Desember 2018 (11:50 WIB).
  • Rilis data indeks harga konsumen Amerika Serikat  periode Desember 2018 (20:30 WIB).
  • Rilis data penjualan kendaraan bermotor China periode Desember 2018 (16:00 WIB). 

Investor juga perlu mencermati agenda korporasi yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu: 

PerusahaanJenis KegiatanWaktu
PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR)RUPSLB09:30
PT Indo Straits Tbk (PTIS)RUPSLB10:00
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q III-2018 YoY)5,17%
Inflasi (Desember 2018 YoY)3,13%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2018)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (Q III-2018)-3,37% PDB
Neraca pembayaran (Q III-2018)-US$ 4,39 miliar
Cadangan devisa (Desember 2018)US$ 120,7 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular