
Newsletter
The Fed Kian Lunak, Tapi Dolar AS Bersiap Balas Dendam
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 January 2019 05:57

Sentimen keempat, terkait dengan komentar Trump, adalah perkembangan politik anggaran di AS. Sampai saat ini, pemerintahan AS masih tutup sebagian (partial shutdown) karena belum ada persetujuan anggaran antara pemerintah dan legislatif.
Trump masih keukeuh ingin ada anggaran US$ 5,7 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko. Partai Demokrat yang kini menguasai House of Representative menolak rencana ini, sehingga anggaran masih belum bisa disepakati.
Trump pun mengancam akan menggunakan kewenangannya untuk mengeksekusi anggaran tanpa persetujuan legislatif. Hal ini bisa dilakukan apabila Presiden merasa ada kondisi darurat nasional.
"Saya punya hak untuk menyatakan kondisi darurat nasional. Saya belum siap untuk melakukannya, tetapi kalau terpaksa maka akan saya lakukan. Hampir pasti akan saya lakukan," tegas Trump.
"Saya merasa China lebih terhormat dibandingkan si cengeng Chuck (Schumer) dan Nancy (Pelosi). Betul itu," sambung Trump, merujuk kepada para pimpinan Partai Demokrat di Senat dan House.
Gaduh di Washington ini berpotensi mengganggu pasar keuangan. Perhatian investor sedikit banyak akan teralihkan ke isu ini, sehingga ada kemungkinan untuk bermain aman. Artinya, ada risiko investor akan menunda untuk masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang sehingga tidak mendukung penguatan IHSG dan rupiah.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data ekonomi terbaru. Bank Indonesia (BI) mencatat ada ekspansi dunia usaha yang ditunjukkan dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang tumbuh 6,19% pada kuartal IV-2018. Masih positif, yang menggambarkan ekspansi.
Namun ekspansi dunia usaha melambat signifikan dibandingkan kuartal III-2018, di mana SBT tumbuh 14,23%. Dibandingkan kuartal IV-2017, juga ada perlambatan karena saat itu SBT tumbuh 7,4%.
Salah satu faktor yang membuat ekspansi dunia usaha kurang semarak adalah kenaikan suku bunga. Tahun lalu, BI menaikkan suku bunga acuan sampai 175 basis poin, yang ikut mengerek suku bunga pinjaman di tingkat perbankan. Biaya ekspansi menjadi semakin mahal sehingga lajunya melambat.
Sementara angka Prompt Manufacturing Index kuartal IV-2018 berada di 51,92%. Industri manufaktur masih ekspansif karena di atas 50%, tetapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 52,02%.
Data-data ini menggambarkan bahwa dunia usaha di dalam negeri memperlambat lajunya. Sepertinya bisa menjadi salah satu sentimen yang membebani langkah IHSG dan rupiah hari ini.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Trump masih keukeuh ingin ada anggaran US$ 5,7 miliar untuk peningkatan pengamanan di perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko. Partai Demokrat yang kini menguasai House of Representative menolak rencana ini, sehingga anggaran masih belum bisa disepakati.
Trump pun mengancam akan menggunakan kewenangannya untuk mengeksekusi anggaran tanpa persetujuan legislatif. Hal ini bisa dilakukan apabila Presiden merasa ada kondisi darurat nasional.
"Saya punya hak untuk menyatakan kondisi darurat nasional. Saya belum siap untuk melakukannya, tetapi kalau terpaksa maka akan saya lakukan. Hampir pasti akan saya lakukan," tegas Trump.
"Saya merasa China lebih terhormat dibandingkan si cengeng Chuck (Schumer) dan Nancy (Pelosi). Betul itu," sambung Trump, merujuk kepada para pimpinan Partai Demokrat di Senat dan House.
Gaduh di Washington ini berpotensi mengganggu pasar keuangan. Perhatian investor sedikit banyak akan teralihkan ke isu ini, sehingga ada kemungkinan untuk bermain aman. Artinya, ada risiko investor akan menunda untuk masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang sehingga tidak mendukung penguatan IHSG dan rupiah.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data ekonomi terbaru. Bank Indonesia (BI) mencatat ada ekspansi dunia usaha yang ditunjukkan dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang tumbuh 6,19% pada kuartal IV-2018. Masih positif, yang menggambarkan ekspansi.
Namun ekspansi dunia usaha melambat signifikan dibandingkan kuartal III-2018, di mana SBT tumbuh 14,23%. Dibandingkan kuartal IV-2017, juga ada perlambatan karena saat itu SBT tumbuh 7,4%.
Salah satu faktor yang membuat ekspansi dunia usaha kurang semarak adalah kenaikan suku bunga. Tahun lalu, BI menaikkan suku bunga acuan sampai 175 basis poin, yang ikut mengerek suku bunga pinjaman di tingkat perbankan. Biaya ekspansi menjadi semakin mahal sehingga lajunya melambat.
Sementara angka Prompt Manufacturing Index kuartal IV-2018 berada di 51,92%. Industri manufaktur masih ekspansif karena di atas 50%, tetapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 52,02%.
Data-data ini menggambarkan bahwa dunia usaha di dalam negeri memperlambat lajunya. Sepertinya bisa menjadi salah satu sentimen yang membebani langkah IHSG dan rupiah hari ini.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular