
The Fed Tahan Diri, IHSG Menguat 0,41% pada Sesi I
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 January 2019 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan sebesar 0,41% pada akhir sesi 1 ke level 6.298,15.
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham regional yang sama-sama diperdagangkan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,23%, indeks Hang Seng naik 0,37%, indeks Strait Times naik 0,63%, dan indeks Kospi naik 0,02%.
Rilis notulensi rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve edisi Desember 2018 menjadi faktor utama penguatan bursa saham regional. Dalam notulensi tersebut, terlihat jelas bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega mulai menahan diri dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Belakangan ini, rilis data ekonomi di AS yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia seringkali menunjukkan adanya perlambatan. Perang dagang dengan China yang hingga kini belum bisa diselesaikan secara tuntas merupakan salah satu hal yang menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Jika The Fed tak kelewat agresif kedepannya, perekonomian AS menjadi memiliki modal tambahan untuk mengarungi tantangan-tantangan yang sedang dihadapinya.
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham regional yang sama-sama diperdagangkan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,23%, indeks Hang Seng naik 0,37%, indeks Strait Times naik 0,63%, dan indeks Kospi naik 0,02%.
Rilis notulensi rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve edisi Desember 2018 menjadi faktor utama penguatan bursa saham regional. Dalam notulensi tersebut, terlihat jelas bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega mulai menahan diri dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
Belakangan ini, rilis data ekonomi di AS yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia seringkali menunjukkan adanya perlambatan. Perang dagang dengan China yang hingga kini belum bisa diselesaikan secara tuntas merupakan salah satu hal yang menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Jika The Fed tak kelewat agresif kedepannya, perekonomian AS menjadi memiliki modal tambahan untuk mengarungi tantangan-tantangan yang sedang dihadapinya.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular