The Fed Tak Jelas! Bikin IHSG Terpeleset

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 February 2019 09:47
The Fed Tak Jelas! Bikin IHSG Terpeleset
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali hari dengan pelemahan sebesar 0,03% ke level 6.510,57. Pada pukul 9:37 WIB, pelemahan IHSG melebar menjadi 0,17% ke level 6.501,99.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,24%, indeks Straits Times turun 0,14%, dan indeks Kospi turun 0,37%.

Rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve edisi Januari 2019 yang membingungkan membuat pelaku pasar memilih melepas instrumen berisiko seperti saham. Di satu sisi, terungkap bahwa bank sentral AS tersebut akan bersabar dalam melanjutkan normalisasi tingkat suku bunga acuan.

"Para peserta rapat berpandangan bahwa laju inflasi umum dan inflasi inti yang lambat menjadi alasan untuk lebih bersabar. Komite Pengambil Kebijakan condong untuk memilih bersabar sambil melakukan observasi terhadap dampak kenaikan suku bunga yang ditempuh tahun lalu," sebut risalah rapat The Fed.

Namun di sisi lain, nada hawkish juga kental terasa dalam risalah tersebut. Ternyata, The Fed tak dovish-dovish amat.

"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance sabarnya,"

Dengan perlambatan ekonomi global yang kian terasa, tentu bukan menjadi kabar yang baik bagi bursa saham global jika The Fed kembali injak gas dan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. Sebagai informasi, The Fed sudah mengerek naik suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun lalu (100 bps).

Di sisi lain, sejatinya ada sentimen poisitif yang menyelimuti bursa saham regional. Pelaku pasar kini memperkirakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu pada bulan depan untuk merampungkan kesepakatan dagang atau setidaknya menyepakati nota kesepahaman, seperti dilansir dari CNBC International. Kemungkinan, pertemuan akan dilangsungkan setelah 5 Maret, selepas Kongres Tahunan China.

"Sepertinya China sepakat untuk mengimpor lebih banyak produk AS, seperti gas alam dan produk pertanian. China juga kemungkinan bersedia untuk membuka pasar keuangan dan industri manufakturnya terhadap investasi asing," tutur Nobuhiko Karamochi, Chief Strategist di Mizuho Securities, dikutip dari Reuters.

Sebagai informasi, sebagai tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan digelar di Washington mulai hari Selasa (19/2/2019) di tingkat wakil menteri. Pada hari ini hingga besok, negosiasi tingkat menteri akan digelar, di mana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serta Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.
Rilis risalah The Fed yang membingungkan lantas dipastikan memberikan tekanan kepada Bank Indonesia (BI) yang pada hari ini akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya.

Sebelumnya, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan akan mempertahankan 7 Day Reverse Repo Rate di angka 6%. Namun dengan adanya rilis risalah rapat The Fed, situasinya menjadi tak pasti.

Ketidakpastian besar yang menyelimuti hasil pertemuan BI membuat investor untuk sementara waktu melepas rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.060/dolar AS.

Pelemahan rupiah membuat investor semakin yakin untuk menjauhi pasar saham dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular