
Produksi Diprediksi Turun, Harga CPO Menguat
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
09 January 2019 18:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) di Bursa Derivatif Malaysia har (9/1/2019)i ini masih terus menguat sebesar 0,18% ke posisi MYR 2.182/ton dari perdagangan kemarin yang juga ditutup menguat 0,83% di posisi MYR 2.178/ton (8/1/2019).Â
Secara mingguan, harga CPO sudah menguat sebesar 0,74%, sementara performa tahunan komoditas ini tercatat melemah cukup jauh, yaitu sebesar 16%.
Menurut pelaku pasar, naiknya harga CPO sekarang ini merupakan fenomena musiman. "Selama Januari hingga Maret, produksi minyak sawit selalu menurun, dan harga akan naik", ujar trader Singapura, seperti dilansir dari Reuters.
Memang benar, berdasarkan data yang dirilis oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi minyak sawit negeri Jiran pada periode 2017 dan 2018 selalu mengalami tren penurunan pada Januari dan Februari. Namun mulai berbalik arah pada bulan Maret.
Gairah investor juga semakin tinggi karena diperkirakan nilai ekspor bulan ini akan meningkat. Pada bulan Desember 2018, ekspor minyak sawit dari malaysia meningkat ke kisaran 1,2-1,3 juta ton, berdasarkan hasil hasil survei kargo. Karena Malaysia merupakan penghasil minyak sawit terbesar ke-2 di dunia, maka peningkatan ekspor berdampak signifikan pada penurunan cadangan minyak sawit dunia.
Perlu diketahui bahwa, cadangan CPO Malaysia terus meningkat, hingga mencapai puncaknya pada November 2018. Bila ekspor meningkat, maka cadangan CPO juga dapat dipangkas dan harga bisa ikut naik.
Selain itu, turunnya bea impor minyak kelapa sawit dan olahannya di India juga menjadi energi positif bagi pergerakan harga CPO. Ini disebabkan karena India merupakan negara pengimpor CPO terbesar di dunia. Turunnya bea impor menjadi harapan investor pada naiknya permintaan CPO.
Ditambah lagi, naiknya harga minyak kedelai sebesar 0,4% juga ikut berperan mendorong harga CPO. Pasalnya minyak kedelai merupakan barang substitusi dari CPO. Naiknya harga minyak kedelai membuat pelaku pasar melirik produk alternatif, salah satunya minyak sawit. Hal tersebut memicu aksi beli CPO yang berdampak pada naiknya harga.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(taa/gus) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Secara mingguan, harga CPO sudah menguat sebesar 0,74%, sementara performa tahunan komoditas ini tercatat melemah cukup jauh, yaitu sebesar 16%.
Memang benar, berdasarkan data yang dirilis oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi minyak sawit negeri Jiran pada periode 2017 dan 2018 selalu mengalami tren penurunan pada Januari dan Februari. Namun mulai berbalik arah pada bulan Maret.
Gairah investor juga semakin tinggi karena diperkirakan nilai ekspor bulan ini akan meningkat. Pada bulan Desember 2018, ekspor minyak sawit dari malaysia meningkat ke kisaran 1,2-1,3 juta ton, berdasarkan hasil hasil survei kargo. Karena Malaysia merupakan penghasil minyak sawit terbesar ke-2 di dunia, maka peningkatan ekspor berdampak signifikan pada penurunan cadangan minyak sawit dunia.
Perlu diketahui bahwa, cadangan CPO Malaysia terus meningkat, hingga mencapai puncaknya pada November 2018. Bila ekspor meningkat, maka cadangan CPO juga dapat dipangkas dan harga bisa ikut naik.
Selain itu, turunnya bea impor minyak kelapa sawit dan olahannya di India juga menjadi energi positif bagi pergerakan harga CPO. Ini disebabkan karena India merupakan negara pengimpor CPO terbesar di dunia. Turunnya bea impor menjadi harapan investor pada naiknya permintaan CPO.
Ditambah lagi, naiknya harga minyak kedelai sebesar 0,4% juga ikut berperan mendorong harga CPO. Pasalnya minyak kedelai merupakan barang substitusi dari CPO. Naiknya harga minyak kedelai membuat pelaku pasar melirik produk alternatif, salah satunya minyak sawit. Hal tersebut memicu aksi beli CPO yang berdampak pada naiknya harga.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(taa/gus) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Most Popular