
Pertemuan AS-China Suram, Harga Obligasi Terkoreksi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 January 2019 18:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga obligasi rupiah pemerintah berbalik melemah pada perdagangan hari ini, setelah optimistis pelaku pasar global berbalik menjadi pesimis terhadap hasil perundingan damai dagang China-AS.
Pesimistis itu turut membuat dolar AS menguat dan mengalahkan mata uang Asia, termasuk rupiah.
Penurun harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri 5 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 7,86%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri 15 tahun dan seri 20 tahun masih menguat menjadi 8,25% dan 8,33%.
Yield Obligasi Negara Acuan 8 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Faktor utama yang menekan pasar keuangan Asia adalah dialog dagang AS-China di Beijing.
Di pagi hari, investor berharap banyak dari dialog yang berlangsung sejak kemarin dan berakhir hari ini tersebut.
Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis karena semakin menyadari pertemuan ini memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri.
Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
Hari ini, lelang surat berharga syariah negara (SBSN) sukses menerbitkan efek utang syariah senilai Rp 8,65 triliun, di atas target. Nilai permintaan yang masuk mencapai Rp 17,81 triliun.
Sore ini, rupiah melemah 0,39% menjadi Rp 14.140 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun serupa yaitu 0,39% 6.262.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Rupiah Menguat, Harga Obligasi Masih Terkoreksi
Pesimistis itu turut membuat dolar AS menguat dan mengalahkan mata uang Asia, termasuk rupiah.
Penurun harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri 5 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 7,86%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri 15 tahun dan seri 20 tahun masih menguat menjadi 8,25% dan 8,33%.
Yield Obligasi Negara Acuan 8 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 7 Jan 2019 (%) | Yield 8 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 8 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.797 | 7.868 | 7.10 | 7.82 |
FR0078 | 10 tahun | 7.89 | 7.894 | 0.40 | 7.862 |
FR0068 | 15 tahun | 8.275 | 8.256 | -1.90 | 8.1788 |
FR0079 | 20 tahun | 8.39 | 8.339 | -5.10 | 8.2638 |
Avg movement | 0.12 |
Faktor utama yang menekan pasar keuangan Asia adalah dialog dagang AS-China di Beijing.
Di pagi hari, investor berharap banyak dari dialog yang berlangsung sejak kemarin dan berakhir hari ini tersebut.
Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis karena semakin menyadari pertemuan ini memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri.
Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
Hari ini, lelang surat berharga syariah negara (SBSN) sukses menerbitkan efek utang syariah senilai Rp 8,65 triliun, di atas target. Nilai permintaan yang masuk mencapai Rp 17,81 triliun.
Sore ini, rupiah melemah 0,39% menjadi Rp 14.140 per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun serupa yaitu 0,39% 6.262.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Rupiah Menguat, Harga Obligasi Masih Terkoreksi
Most Popular