
Senada dengan Rupiah, Pasar Obligasi Memerah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 January 2019 18:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi pada perdagangan hari ini seiring dengan turunnya nilai tukar rupiah.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 8,39%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga kompak terkoreksi dan menaikkan yield-nya menjadi 7,89%, 7,97%, dan 8,33%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,04 poin (0,02%) menjadi 236,41 dari posisi kemarin 236,45.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 531 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 525 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,66% dari posisi pekan lalu 2,71%.
Sumber: Refinitiv
Inversi US Treasury 3 bulan-10 tahun saat ini menyempit hingga mencapai level terendahnya tahun ini yaitu 23,15 basis poin (bps) posisi terendah sejak 4 Januari.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 902,51 triliun SBN, atau 37,78% dari total beredar Rp 2.388 triliun berdasarkan data per 11 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 9,26 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,4% menjadi 6.336 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,57% menjadi Rp 14.120 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,06% menjadi 95,61.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami penguatan, yaitu di Brasil, India, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, sebagian besar pasar obligasi menguat seperti yang terjadi di pasar OAT Perancis, pasar gilts Inggris, pasar JGB Jepang, dan pasar US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 8,39%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga kompak terkoreksi dan menaikkan yield-nya menjadi 7,89%, 7,97%, dan 8,33%.
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 11 Jan 2019 (%) | Yield 14 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 14 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.883 | 7.897 | 1.40 | 7.9044 |
FR0078 | 10 tahun | 7.96 | 7.979 | 1.90 | 7.9621 |
FR0068 | 15 tahun | 8.318 | 8.335 | 1.70 | 8.325 |
FR0079 | 20 tahun | 8.372 | 8.397 | 2.50 | 8.3997 |
Avg movement | 1.87 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,04 poin (0,02%) menjadi 236,41 dari posisi kemarin 236,45.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 531 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 525 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,66% dari posisi pekan lalu 2,71%.
Yield US Treasury Acuan 14 Jan 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 11 Jan 2019 (%) | Yield 14 Jan 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.424 | 2.424 | 3 bulan-5 tahun | -5.9 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.545 | 2.51 | 2 tahun-5 tahun | 2.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.516 | 2.476 | 3 tahun-5 tahun | -0.7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.525 | 2.483 | 3 bulan-10 tahun | -23.9 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.699 | 2.663 | 2 tahun-10 tahun | -15.3 |
Inversi US Treasury 3 bulan-10 tahun saat ini menyempit hingga mencapai level terendahnya tahun ini yaitu 23,15 basis poin (bps) posisi terendah sejak 4 Januari.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 902,51 triliun SBN, atau 37,78% dari total beredar Rp 2.388 triliun berdasarkan data per 11 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 9,26 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,4% menjadi 6.336 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,57% menjadi Rp 14.120 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,06% menjadi 95,61.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami penguatan, yaitu di Brasil, India, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, sebagian besar pasar obligasi menguat seperti yang terjadi di pasar OAT Perancis, pasar gilts Inggris, pasar JGB Jepang, dan pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 11 Jan 2019 (%) | Yield 14 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.21 | 9.185 | -2.50 |
China | 3.138 | 3.142 | 0.40 |
Jerman | 0.181 | 0.205 | 2.40 |
Perancis | 0.662 | 0.633 | -2.90 |
Inggris | 1.291 | 1.251 | -4.00 |
India | 7.476 | 7.434 | -4.20 |
Italia | 2.865 | 2.899 | 3.40 |
Jepang | 0.015 | 0.012 | -0.30 |
Malaysia | 4.068 | 4.072 | 0.40 |
Filipina | 6.622 | 6.54 | -8.20 |
Rusia | 8.37 | 8.41 | 4.00 |
Singapura | 2.187 | 2.186 | -0.10 |
Thailand | 2.53 | 2.5 | -3.00 |
Turki | 16.01 | 16.61 | 60.00 |
Amerika Serikat | 2.699 | 2.663 | -3.60 |
Afrika Selatan | 8.77 | 8.825 | 5.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular