Berharap Damai Dagang AS-China, Pasar Obligasi Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 January 2019 10:37
Kenaikan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik terbang pada awal perdagangan hari ini terangkat angin segar damai dagang yang berhembus sejak akhir pekan lalu. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0063 dengan penurunan yield 11,9 basis poin (bps) menjadi 7,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga menguat dengan penurunan yield menjadi 7,93% untuk tenor 10 tahun, 8,3% untuk tenor 15 tahun, dan 8,4% untuk tenor 20 tahun.

Yield Obligasi Negara Acuan 4 Jan 2019
SeriJatuh tempoYield 4 Jan 2019 (%) Yield 7 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 4 Jan'19
FR0063 20237.927.801-11.907.866
FR0064 20287.9917.937-5.407.9465
FR0065 20358.3248.301-2.308.3076
FR0075 20388.4478.404-4.308.4337
Avg movement-5.97
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 526 bps, menyempit dari posisi kemarin 547 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,67% dari posisi kemarin 2,65%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,37 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 3 Januari 2019.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 120 miliar dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,76% menjadi 6.321 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah meroket 1,26% menjadi Rp 14.085di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,18% menjadi 96,009. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, Rusia, dan Afsel, sedangkan sisanya terkoreksi. 

Di negara maju, hampir seluruhnya terkoreksi. Kondisi itu menunjukkan semakin banyak investor yang masuk ke pasar ekuitas di negara berkembang di tengah angin segar damai dagang. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 4 Jan 2019 (%)Yield 7 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.189.12-6.00
China3.1553.1772.20
Jerman0.2080.210.20
Perancis0.6950.7152.00
Inggris 1.2771.2790.20
India7.4277.4482.10
Italia2.8922.891-0.10
Jepang-0.037-0.0181.90
Malaysia4.084.0820.20
Filipina6.8556.8550.00
Rusia8.698.66-3.00
Singapura2.1332.1784.50
Thailand2.472.514.00
Turki16.3416.340.00
Amerika Serikat2.6592.671.10
Afrika Selatan8.858.8-5.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Pertemuan AS-China Suram, Harga Obligasi Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular