
JP Morgan: Harga Minyak 2019 Susah Naik dari Kisaran US$ 55
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
02 January 2019 16:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Jika negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC tidak menjaga komitmen mereka untuk kurangi produksi minyak sepanjang tahun ini, harga minyak diprediksi sulit naik.
Hal ini diungkap oleh Head of Asia Pacific Oil and Gas JP Morgan Scott Darling saat diwawancara CNBC International, Rabu (2/1/2019).
OPEC dalam pertemuan Desember lalu sepakat pangkas 1,2 juta barel sehari untuk kontrol harga minyak. Pemangkasan akan dilakukan mulai Januari 2019.
"JP Morgan berpatokan pada pertemuan OPEC Desember lalu, jika mereka hanya melakukan di paruh pertama atau tidak setahun penuh, maka skenario kami harga minyak akan di kisaran US$ 55 untuk 2019," ujar Scott.
Scott mengatakan, faktor-faktor yang dapat menjaga harga minyak lemah pada 2019 termasuk permintaan minyak mentah yang lesu dan ketidakpastian atas kepatuhan penuh dari anggota OPEC, termasuk juga produsen terbesar Arab Saudi, atas pengurangan pasokan 1,2 juta barel per hari yang disepakati.
Dalam beberapa bulan terakhir, Saudi meningkatkan produksi lebih dari 1 juta barel per hari. Sekarang, kerajaan akan memotong sekitar 900.000 barel per hari hanya dalam 2 bulan. Harga minyak sedang berjuang, beberapa mengatakan kerajaan membutuhkan minyak mentah Brent naik secara signifikan untuk menyeimbangkan anggarannya.
Tahun lalu, harga minyak menderita kerugian tahunan terburuknya sejak 2015, Brent turun sekitar hampir 20%, sementara minyak mentah AS mengalami penurunan sekitar 25% karena volatilitas pasar saham, geopolitik, dan prediksi pelunakan permintaan mengguncang pasar energi.
Sementara itu, Scott mengatakan bahwa risiko geopolitik di tempat-tempat seperti Venezuela juga bisa mendorong harga minyak naik.
J.P. Morgan mengatakan pada November lalu, bahwa harga minyak mentah Brent akan rata-rata US $ 73 per barel pada tahun 2019, turun dari prediksi sebelumnya senilai US $ 83,50, sebagian karena pasokan Amerika Utara naik pada kuartal kedua tahun ini.
(gus) Next Article JP Morgan Prediksi Harga Minyak 2019 di Level US$ 73/Barel
Hal ini diungkap oleh Head of Asia Pacific Oil and Gas JP Morgan Scott Darling saat diwawancara CNBC International, Rabu (2/1/2019).
OPEC dalam pertemuan Desember lalu sepakat pangkas 1,2 juta barel sehari untuk kontrol harga minyak. Pemangkasan akan dilakukan mulai Januari 2019.
Scott mengatakan, faktor-faktor yang dapat menjaga harga minyak lemah pada 2019 termasuk permintaan minyak mentah yang lesu dan ketidakpastian atas kepatuhan penuh dari anggota OPEC, termasuk juga produsen terbesar Arab Saudi, atas pengurangan pasokan 1,2 juta barel per hari yang disepakati.
Dalam beberapa bulan terakhir, Saudi meningkatkan produksi lebih dari 1 juta barel per hari. Sekarang, kerajaan akan memotong sekitar 900.000 barel per hari hanya dalam 2 bulan. Harga minyak sedang berjuang, beberapa mengatakan kerajaan membutuhkan minyak mentah Brent naik secara signifikan untuk menyeimbangkan anggarannya.
Tahun lalu, harga minyak menderita kerugian tahunan terburuknya sejak 2015, Brent turun sekitar hampir 20%, sementara minyak mentah AS mengalami penurunan sekitar 25% karena volatilitas pasar saham, geopolitik, dan prediksi pelunakan permintaan mengguncang pasar energi.
Sementara itu, Scott mengatakan bahwa risiko geopolitik di tempat-tempat seperti Venezuela juga bisa mendorong harga minyak naik.
J.P. Morgan mengatakan pada November lalu, bahwa harga minyak mentah Brent akan rata-rata US $ 73 per barel pada tahun 2019, turun dari prediksi sebelumnya senilai US $ 83,50, sebagian karena pasokan Amerika Utara naik pada kuartal kedua tahun ini.
(gus) Next Article JP Morgan Prediksi Harga Minyak 2019 di Level US$ 73/Barel
Most Popular