
Harga Minyak Turun dan Tanda Perlambatan Ekonomi di 2019
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
02 January 2019 12:45

Jakarta, CNBC Indonesia- Awal tahun 2019 dibuka dengan turunnya harga minyak dunia sebesar 1%, minyak Brent merosot ke posisi US$ 53,18/barel. Sementara light sweet ke US$ 44 per barel.
Merosotnya harga minyak ini dipicu oleh pasokan AS yang membanjiri pasar dan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia terkait mulai kontraksinya aktivitas industri di China, sebagai importir minyak terbesar dunia. Dikutip dari Reuters, Rabu (2/1/2019).
Di beberapa negara, harga minyak bahkan mencatat rekor terendah dalam setahun terakhir. Dubai misalnya, harga minyak mentahnya US$ 57 per barel, terendah sejak Oktober 2017. Begitu juga minyak milik Petronas Malaysia yang kontrak Desembernya di harga US$ 62 per barel, juga terendah sejak Oktober 2017.
Para trader minyak mengatakan, lemahnya harga di awal tahun ini karena adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia dan pasokan AS yang melimpah.
Ini terbaca dari kegiatan industri yang melemah sepanjang Desember, terutama di China yang merupakan importir minyak terbesar dunia. Pelemahan ini dipicu oleh perang dagang AS-China dan turunnya produksi di sebagian besar pabrik-pabrik di sana. Menjadi awal tahun yang menantang untuk menjaga pertumbuhan ekonominya.
"Harga minyak... mencatat pelemahan pertamanya di awal tahun dalam tiga tahun terakhir karena ancaman perlambatan ekonomi global dan kekhawatiran akan pasokan yang membanjiri pasar," ujar Adeel Minhas, konsultan di Rivkin Securities Australia.
Outlook di 2019 masih sulit diprediksi karena sejumlah ketidakpastian, kata analis, termasuk perang dagang AS-China, Brexit, dan juga ketidakstabilan politik dan konflik di timur tengah.
Konsensus yang dihimpun oleh Reuters memprediksi harga minyak akan berada di bawah US$ 70/barel sepanjang 2019. Kombinasi antara surplus produksi minyak dan perlambatan ekonomi dunia merupakan faktor utama yang mebuat pasar terus dihantui awan kelabu.
(gus/wed) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
Merosotnya harga minyak ini dipicu oleh pasokan AS yang membanjiri pasar dan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia terkait mulai kontraksinya aktivitas industri di China, sebagai importir minyak terbesar dunia. Dikutip dari Reuters, Rabu (2/1/2019).
Di beberapa negara, harga minyak bahkan mencatat rekor terendah dalam setahun terakhir. Dubai misalnya, harga minyak mentahnya US$ 57 per barel, terendah sejak Oktober 2017. Begitu juga minyak milik Petronas Malaysia yang kontrak Desembernya di harga US$ 62 per barel, juga terendah sejak Oktober 2017.
![]() |
Para trader minyak mengatakan, lemahnya harga di awal tahun ini karena adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia dan pasokan AS yang melimpah.
Ini terbaca dari kegiatan industri yang melemah sepanjang Desember, terutama di China yang merupakan importir minyak terbesar dunia. Pelemahan ini dipicu oleh perang dagang AS-China dan turunnya produksi di sebagian besar pabrik-pabrik di sana. Menjadi awal tahun yang menantang untuk menjaga pertumbuhan ekonominya.
"Harga minyak... mencatat pelemahan pertamanya di awal tahun dalam tiga tahun terakhir karena ancaman perlambatan ekonomi global dan kekhawatiran akan pasokan yang membanjiri pasar," ujar Adeel Minhas, konsultan di Rivkin Securities Australia.
Outlook di 2019 masih sulit diprediksi karena sejumlah ketidakpastian, kata analis, termasuk perang dagang AS-China, Brexit, dan juga ketidakstabilan politik dan konflik di timur tengah.
Konsensus yang dihimpun oleh Reuters memprediksi harga minyak akan berada di bawah US$ 70/barel sepanjang 2019. Kombinasi antara surplus produksi minyak dan perlambatan ekonomi dunia merupakan faktor utama yang mebuat pasar terus dihantui awan kelabu.
(gus/wed) Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular