Bad News 2018
Kehancuran Harga Komoditas Ekspor Andalan RI CPO & Karet
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
30 December 2018 08:45

Lain CPO, lain juga karet. Berbicara kepada CNBC Indonesia, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo, mengungkapkan, di bulan November harga karet berfluktuasi di kisaran US$ 1.250-1.300/ton. Sejatinya, harga yang ideal ada di level US$ 1.800/ton.
Menurut Moenardji, kejatuhan harga ini disebabkan beberapa faktor.
Pertama, kondisi perekonomian global saat ini yang turut mencerminkan konsumsi bahan baku industri yang melemah, termasuk industri ban sebagai pengguna karet alam.
Kedua, faktor cuaca di negara-negara produsen utama, yakni Thailand, Indonesia, Vietnam dan Malaysia yang total menyuplai 74% dari produksi karet global.
Ketiga adalah gambaran fundamental suplai and permintaan di pasar global. Seringkali terjadi ketidakakuratan dalam hal ini yang akhirnya menciptakan kesan seolah-olah suplai karet di tingkat global berlebihan/oversupply.
Tata cara perdagangan (trading syle) komoditas karet di tingkat internasional menurut Moenardji cenderung seringkali tidak mencerminkan harga yang sebenarnya.
"Ini debatable dan tidak selalu reasonable dan akhirnya menciptakan faktor keempat, yakni spekulan. Harga menjadi tertekan," ujarnya.
Pernyataan senada dikeluarkan oleh Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yang beranggotakan Thailand, Indonesia, dan Malaysia.
Menurut ITRC, harga karet di berbagai pasar komoditas internasional saat ini tidak mencerminkan fundamental pasar yang ada.
"Ketiga negara menyatakan kekhawatirannya bahwa pasar karet dunia telah dipengaruhi persepsi yang didasarkan pada data yang tidak akurat. Padahal, neraca suplai dan permintaan karet alam saat ini masih menunjukkan keseimbangan yang sehat," tulis siaran pers resmi ITRC, Kamis (13/12/2018).
Data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun ini sebesar 4,81 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Secara bersama-sama, ketiga negara menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Adapun produksi karet alam Vietnam tahun ini diproyeksi mencapai 1,1 juta ton.
(miq/miq)
Menurut Moenardji, kejatuhan harga ini disebabkan beberapa faktor.
Pertama, kondisi perekonomian global saat ini yang turut mencerminkan konsumsi bahan baku industri yang melemah, termasuk industri ban sebagai pengguna karet alam.
![]() |
Kedua, faktor cuaca di negara-negara produsen utama, yakni Thailand, Indonesia, Vietnam dan Malaysia yang total menyuplai 74% dari produksi karet global.
Ketiga adalah gambaran fundamental suplai and permintaan di pasar global. Seringkali terjadi ketidakakuratan dalam hal ini yang akhirnya menciptakan kesan seolah-olah suplai karet di tingkat global berlebihan/oversupply.
Tata cara perdagangan (trading syle) komoditas karet di tingkat internasional menurut Moenardji cenderung seringkali tidak mencerminkan harga yang sebenarnya.
"Ini debatable dan tidak selalu reasonable dan akhirnya menciptakan faktor keempat, yakni spekulan. Harga menjadi tertekan," ujarnya.
Pernyataan senada dikeluarkan oleh Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yang beranggotakan Thailand, Indonesia, dan Malaysia.
Menurut ITRC, harga karet di berbagai pasar komoditas internasional saat ini tidak mencerminkan fundamental pasar yang ada.
"Ketiga negara menyatakan kekhawatirannya bahwa pasar karet dunia telah dipengaruhi persepsi yang didasarkan pada data yang tidak akurat. Padahal, neraca suplai dan permintaan karet alam saat ini masih menunjukkan keseimbangan yang sehat," tulis siaran pers resmi ITRC, Kamis (13/12/2018).
Data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun ini sebesar 4,81 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Secara bersama-sama, ketiga negara menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Adapun produksi karet alam Vietnam tahun ini diproyeksi mencapai 1,1 juta ton.
![]() |
(miq/miq)
Pages
Most Popular