
Terdepresiasi 0,03% Sepekan Lalu, Rupiah Paling Lemah di Asia
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 December 2018 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sepanjang pekan lalu. Tidak hanya sekedar melemah, mata uang tanah air menjadi yang paling kerdil di Asia.
Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,03% terhadap dolar AS secara point-to-point. Pelemahan harian sebesar 0,14% selepas libur hari raya Natal jadi faktor yang membuat rupiah mencetak performa mingguan negatif.
Berbeda dengan rupiah, seluruh mata uang utama Asia mampu perkasa di hadapan greenback. Penguatan mingguan paling besar dicatatkan won Korea Selatan, yang terapresiasi sebesar 1,06%. Capaian itu disusul oleh yen Jepang yang menguat hingga 0,85%.
Sebagai satu-satunya mata uang Benua Kuning yang membukukan performa mingguan negatif, rupiah pun menyandang status sebagai mata uang Asia terlemah di sepanjang pekan lalu.
Sejatinya, dolar AS memang sedang loyo di sepanjang pekan ini. Dalam sepekan, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia) melemah sebesar 0,57% secara point-to-point. Lesunya dolar AS kemudian dimanfaatkan oleh seluruh mata uang Asia (kecuali rupiah) untuk membukukan performa mingguan positif.
Lemahnya data-data ekonomi Negeri Paman Sam menjadi pendorong utama pelemahan greenback. Pekan lalu, pembacaan akhir data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2018 menunjukkan angka 3,4% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Lebih lambat dibandingkan pembacaan sebelumnya yaitu 3,5%.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh 0,2% month-to-month (MtM) pada November, di bawah ekspektasi yaitu tumbuh 0,3% MtM. Kemudian, pemesanan barang modal inti (mengeluarkan komponen pesawat terbang dan keperluan militer) turun 0,6% MtM pada November, performa negatif ketiga dalam 4 bulan terakhir.
Teranyar, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015. IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.
Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve/The Fed masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 28 Desember 2018 siang ini, terdapat 78,5% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik drastis dari posisi sepekan sebelumnya yang sebesar 47,9%.
Munculnya potensi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan naik di tahun depan, membuat dolar AS jadi tidak punya energi untuk bisa menguat. Seperti diketahui, di sepanjang tahun ini Dollar Index mampu menguat hingga 4,6% ditopang Federal Funds Rate yang naik hingga 100 basis poin (bps).
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,03% terhadap dolar AS secara point-to-point. Pelemahan harian sebesar 0,14% selepas libur hari raya Natal jadi faktor yang membuat rupiah mencetak performa mingguan negatif.
Sebagai satu-satunya mata uang Benua Kuning yang membukukan performa mingguan negatif, rupiah pun menyandang status sebagai mata uang Asia terlemah di sepanjang pekan lalu.
Sejatinya, dolar AS memang sedang loyo di sepanjang pekan ini. Dalam sepekan, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia) melemah sebesar 0,57% secara point-to-point. Lesunya dolar AS kemudian dimanfaatkan oleh seluruh mata uang Asia (kecuali rupiah) untuk membukukan performa mingguan positif.
Lemahnya data-data ekonomi Negeri Paman Sam menjadi pendorong utama pelemahan greenback. Pekan lalu, pembacaan akhir data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2018 menunjukkan angka 3,4% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Lebih lambat dibandingkan pembacaan sebelumnya yaitu 3,5%.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh 0,2% month-to-month (MtM) pada November, di bawah ekspektasi yaitu tumbuh 0,3% MtM. Kemudian, pemesanan barang modal inti (mengeluarkan komponen pesawat terbang dan keperluan militer) turun 0,6% MtM pada November, performa negatif ketiga dalam 4 bulan terakhir.
Teranyar, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015. IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.
Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve/The Fed masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 28 Desember 2018 siang ini, terdapat 78,5% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik drastis dari posisi sepekan sebelumnya yang sebesar 47,9%.
Munculnya potensi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan naik di tahun depan, membuat dolar AS jadi tidak punya energi untuk bisa menguat. Seperti diketahui, di sepanjang tahun ini Dollar Index mampu menguat hingga 4,6% ditopang Federal Funds Rate yang naik hingga 100 basis poin (bps).
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Most Popular