
Jelang Tutup Tahun, Harga Obligasi Masih Turun
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 December 2018 19:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi untuk sebagian seri acuan di tengah positifnya pasar investasi domestik, yaitu saham dan rupiah.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun, dengan kenaikan yield 7,7 basis poin (bps) menjadi 7,84%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Bersamaan dengan koreksi itu, seri acuan 10 tahun dan 15 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield 1,1 bps dan 2,3 bps mnejadi 8,02% dan 8,2%.
Sumber: Refinitiv
Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA), menilai seri acuan baru yang sudah ditetapkan pemerintah untuk di pasar obligasi tahun depan sudah mulai ramai ditransaksikan di pasar.
Beberapa seri acuan tersebut bahkan akan mulai dilelang pemerintah pada awal bulan yaitu 3 Januari 2019.
Dalam rencana lelang itu, pemerintah berniat melelang dua seri surat perbendaharaan negara (SPN, SUN di bawah setahun) dan empat seri bunga tetap (fixed rate/FR).
Empat FR tersebut adalah FR0077 bertenor 5 tahun (dari 2019), FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 20 tahun, dan seri baru FR0079 bertenor 20 tahun.
"Seri SUN acuan baru nantinya memang akan banyak yang memburu. Untuk FR0078 misalnya, sudah aktif ditransaksikan sejak November lalu," ujar Roby.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik IBPA menguat hingga akhir perdagangan. Indeks tersebut naik 0,17 poin (0,08%) menjadi 236,4 dari posisi kemarin 236,22.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,76% dari posisi kemarin 2,79%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi yield juga terjadi pada US Treasury tenor panjang, sehingga memperkecil selisih dengan tenor panjang dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,43 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 26 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,16 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang 1,02% menjadi 6.190 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah naik 0,1% menjadi Rp 14.555 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,35% menjadi 96,706.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, India, Filipina, Rusia, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilts Inggris, dan US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun, dengan kenaikan yield 7,7 basis poin (bps) menjadi 7,84%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Bersamaan dengan koreksi itu, seri acuan 10 tahun dan 15 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield 1,1 bps dan 2,3 bps mnejadi 8,02% dan 8,2%.
Yield Obligasi Negara Acuan 27 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 26 Dec 2018 (%) | Yield 27 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 27 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.766 | 7.843 | 7.70 | 7.6265 |
FR0064 | 10 tahun | 8.011 | 8.022 | 1.10 | 7.9228 |
FR0065 | 15 tahun | 8.179 | 8.202 | 2.30 | 8.1589 |
FR0075 | 20 tahun | 8.386 | 8.363 | -2.30 | 8.3295 |
Avg movement | 2.20 |
Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA), menilai seri acuan baru yang sudah ditetapkan pemerintah untuk di pasar obligasi tahun depan sudah mulai ramai ditransaksikan di pasar.
Beberapa seri acuan tersebut bahkan akan mulai dilelang pemerintah pada awal bulan yaitu 3 Januari 2019.
Dalam rencana lelang itu, pemerintah berniat melelang dua seri surat perbendaharaan negara (SPN, SUN di bawah setahun) dan empat seri bunga tetap (fixed rate/FR).
Empat FR tersebut adalah FR0077 bertenor 5 tahun (dari 2019), FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 20 tahun, dan seri baru FR0079 bertenor 20 tahun.
"Seri SUN acuan baru nantinya memang akan banyak yang memburu. Untuk FR0078 misalnya, sudah aktif ditransaksikan sejak November lalu," ujar Roby.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik IBPA menguat hingga akhir perdagangan. Indeks tersebut naik 0,17 poin (0,08%) menjadi 236,4 dari posisi kemarin 236,22.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,76% dari posisi kemarin 2,79%.
Yield US Treasury Acuan 27 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 26 Dec 2018 (%) | Yield 27 Dec 2018 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.435 | 2.438 | 3 bulan-5 tahun | -18.9 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.609 | 2.591 | 2 tahun-5 tahun | -3.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.6 | 2.584 | 3 tahun-5 tahun | -4.3 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.661 | 2.627 | 3 bulan-10 tahun | -32.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.797 | 2.765 | 2 tahun-10 tahun | -17.4 |
Koreksi yield juga terjadi pada US Treasury tenor panjang, sehingga memperkecil selisih dengan tenor panjang dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,43 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 26 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,16 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang 1,02% menjadi 6.190 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah naik 0,1% menjadi Rp 14.555 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,35% menjadi 96,706.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, India, Filipina, Rusia, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilts Inggris, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 26 Dec 2018 (%) | Yield 27 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.365 | 9.37 | 0.50 |
China | 3.339 | 3.299 | -4.00 |
Jerman | 0.248 | 0.226 | -2.20 |
Perancis | 0.696 | 0.691 | -0.50 |
Inggris | 1.32 | 1.265 | -5.50 |
India | 7.287 | 7.239 | -4.80 |
Italia | 2.851 | 2.842 | -0.90 |
Jepang | 0.021 | 0.026 | 0.50 |
Malaysia | 4.1 | 4.101 | 0.10 |
Filipina | 7.148 | 7.098 | -5.00 |
Rusia | 8.78 | 8.76 | -2.00 |
Singapura | 2.073 | 2.085 | 1.20 |
Thailand | 2.41 | 2.45 | 4.00 |
Turki | 16.21 | 16.09 | -12.00 |
Amerika Serikat | 2.797 | 2.765 | -3.20 |
Afrika Selatan | 9 | 8.955 | -4.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular