
Analis Ini Perkirakan Rupiah Bisa Rp 13.920/US$ di Akhir 2019
Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 December 2018 14:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan kondisi perekonomian di 2019 nanti akan kembali ke kondisi normal, setelah di tahun ini kondisi pasar keuangan cukup bergejolak akibat beberapa sentimen dari global. Dengan demikian, mata uang dalam negeri di 2019 nanti diperkirakan akan bisa menguat hingga Rp 13.920/US$ di 2019.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan ada dua faktor yang akan memperkuat gerak rupiah di tahun depan, yakni pertumbuhan ekonomi Amerika di tahun depan yang diperkirakan melambat dan tingkat suku bunga Amerika yang hanya akan naik dua kali di tahun depan.
"Kita punya view kalau rupiah tahun depan di bawah Rp 14.000 sampai 2020. Karena kalau dilihat pelemahan rupiah disebabkan dua faktor," kata Hariyanto di Equity Tower, Jakarta, Kamis (27/12).
Dia menjelaskan, tahun ini pertumbuhan ekonomi Amerika tumbuh lebih cepat sampai dengan 2,9% dari tahun lalu di 2,2% akibat booster ekonomi yang dilakukan Presiden Donald Trump yang melakukan pemotongan pajak.
Namun sayang, booster yang sama sudha tidak akan bisa dilakukan lagi tahun depan sehingga akan menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi akan melambat sapai dengan 2,6%.
Kondisi ini dinilai akan menguntungkan Indonesia karena tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertahan di posisi stagnan, yakni di 5,2%.
"Gap GDP akan melebar lagi sehingga dana akan mengalir lagi ke emerging market, termasuk Indonesia makanya rupiah membaik di tahun depan," jelas dia.
Faktor lainnya adalah tren kenaikan suku bunga The Fed yang tahun depan diperkirakan hanya akan naik dua kali saja, dari rencana sebelumnya tiga kali.
Hariyanto mengatakan dalam kondsi suku bunga The Fed yang terus meningkat, Bank Indoenesia juga mengikuti ritme kenaikan suku bunga ini. Sehingga akan berdampak pada spread antara dolar dan rupiah di tahun depan akan stabil.
"Worst part of the cycle is behind us," imbuh dia
Meski demikian masih terdapat beberapa faktor resiko di tahun depan yang masih perlu diperhatikan seperti pertumbuhan ekonomi dan kebijakan moneter Amerika yang melampaui perkiraan, memburuknya hubungan Amerika dan China serta resiko geopolitik lainnya.
Kemudian perlu juga dicermati kemungkinan resolusi Brexit yang berantakan dan krisis utang Uni Eropa dan perekonomian China yang mulai sulit.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan ada dua faktor yang akan memperkuat gerak rupiah di tahun depan, yakni pertumbuhan ekonomi Amerika di tahun depan yang diperkirakan melambat dan tingkat suku bunga Amerika yang hanya akan naik dua kali di tahun depan.
"Kita punya view kalau rupiah tahun depan di bawah Rp 14.000 sampai 2020. Karena kalau dilihat pelemahan rupiah disebabkan dua faktor," kata Hariyanto di Equity Tower, Jakarta, Kamis (27/12).
Kondisi ini dinilai akan menguntungkan Indonesia karena tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertahan di posisi stagnan, yakni di 5,2%.
"Gap GDP akan melebar lagi sehingga dana akan mengalir lagi ke emerging market, termasuk Indonesia makanya rupiah membaik di tahun depan," jelas dia.
Faktor lainnya adalah tren kenaikan suku bunga The Fed yang tahun depan diperkirakan hanya akan naik dua kali saja, dari rencana sebelumnya tiga kali.
Hariyanto mengatakan dalam kondsi suku bunga The Fed yang terus meningkat, Bank Indoenesia juga mengikuti ritme kenaikan suku bunga ini. Sehingga akan berdampak pada spread antara dolar dan rupiah di tahun depan akan stabil.
"Worst part of the cycle is behind us," imbuh dia
Meski demikian masih terdapat beberapa faktor resiko di tahun depan yang masih perlu diperhatikan seperti pertumbuhan ekonomi dan kebijakan moneter Amerika yang melampaui perkiraan, memburuknya hubungan Amerika dan China serta resiko geopolitik lainnya.
Kemudian perlu juga dicermati kemungkinan resolusi Brexit yang berantakan dan krisis utang Uni Eropa dan perekonomian China yang mulai sulit.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular