Harga Minyak Bantu Obligasi Hadapi Sentimen Negatif AS

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 December 2018 18:07
Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada perdagangan hari ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (26/12/2018), setelah menghadapi terjangan sentimen negatif dari penutupan sementara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan melambatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.  

Penguatan yang terjadi setelah koreksi pada awal perdagangan tersebut seiring dengan koreksi harga minyak mentah dunia yang turun sejak awal pekan ini.




Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
 

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri yang paling menguat adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun yang mengalami penurunan yield 13,9 basis poin (bps) menjadi 7,76%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.




Bersamaan dengan tersebut, seri 15 tahun juga menguat, sedangkan seri 5 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi.
 

Penguatan harga obligasi hari ini seiring dengan koreksi 16,4% dari US$61 per barel pada 13 Desember dan lebih dari 40% sejak US$86 per barel pada 3 Oktober menjadi US$51 per barel. 

Koreksi minyak mentah berbanding terbalik dengan kondisi pasar obligasi karena menurunkan risiko makroekonomi negara berkembang, khususnya Indonesia sebagai nett importir. 

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 21 Dec 2018 (%) Yield 26 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 26 Dec'18
FR0063 5 tahun7.9047.765-13.907.6485
FR0064 10 tahun7.9938.0111.807.9491
FR0065 15 tahun8.1878.179-0.808.1633
FR0075 20 tahun8.3718.391.908.3571
Avg movement-2.75
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,08 poin (0,04%) menjadi 236,22 dari posisi kemarin 236,13. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 518 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,72% dari posisi akhir pekan lalu 2,79%.

 
Yield US Treasury Acuan 26 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 21 Dec 2018 (%) Yield 26 Dec 2018 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.3882.4433 bulan-5 tahun-11.8
UST 20202 Tahun2.5882.5712 tahun-5 tahun1
UST 20213 Tahun2.572.5373 tahun-5 tahun-2.4
UST 20235 Tahun2.5852.5613 bulan-10 tahun-28.6
UST 202810 Tahun2.7532.7292 tahun-10 tahun-15.8
Sumber: Revinitif 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,58% menjadi 6.127 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,14% menjadi Rp 14.570 di hadapan tiap dolar AS.




Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,19% menjadi 96,734.
 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi pada pasar Brasil, China, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia. 

Di negara maju, penguatan terjadi di pasar gilts Inggris dan US Treasury di AS.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 21 Dec 2018 (%)Yield 26 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.49.365-3.50
China3.3573.339-1.80
Jerman0.2490.250.10
Perancis0.6960.6960.00
Inggris 1.321.262-5.80
India7.2767.254-2.20
Italia2.8512.85-0.10
Jepang0.0160.0230.70
Malaysia4.1024.099-0.30
Filipina7.1487.1480.00
Rusia8.738.785.00
Singapura2.1052.073-3.20
Thailand2.422.41-1.00
Turki16.2116.210.00
Amerika Serikat2.7532.729-2.40
Afrika Selatan990.00
Sumber: Refinitiv  



TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/prm) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular