
'Dikeroyok' Sentimen Negatif Dari AS, IHSG Jatuh 0,53%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2018 13:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan pelemahan sebesar 0,53% ke level 6.130,68.
Nasib IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,32%, indeks Shanghai turun 0,02%, indeks Strait Times turun 1,23%, dan indeks Kospi turun 1,8%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,24 triliun dengan volume sebanyak 5,54 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 180.574 kali.
Bursa saham kawasan regional, termasuk Indonesia, babak belur 'dikeroyok' oleh sentimen negatif yang datang dari AS.
[Gambas:Video CNBC]
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, konfirmasi datangnya resesi tak cukup mengandalkan spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Konfirmasi biasanya datang dari spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun.
Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -29 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya jauh menipis dari posisi penutupan terakhirnya (24/12/2018) yang sebesar -37 bps atau semakin mengarah ke inversi.
Jika dibandingkan dengan posisi awal November yang sebesar -82 bps, penipisan yang terjadi menjadi kian parah.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan menglami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Jika AS masuk ke dalam jurang resesi, laju perekonomian dunia tentu akan mendapatkan tekanan yang besar, mengingat posisinya yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di planet bumi.
Data-data ekonomi di AS juga kian mengonfirmasi bahwa resesi akan datang. Pada hari Jumat (21/12/2018), pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 3,4% (QoQ annualized), di bawah pembacaan sebelumnya dan konsensus yang sebesar 3,5%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode November diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% MoM, di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% MoM.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM sepanjang bulan November, di bawah ekspektasi yang sebesar 0,3% MoM.
Seakan tak cukup sampai disitu, pemerintahan AS ternyata harus ditutup sebagian (partial government shutdown) sejak hari Sabtu kemarin (22/12/2018). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Legislatif memutuskan tidak dapat memenuhi permintaan Presiden AS Donald Trump yang menginginkan anggaran US$5 miliar untuk pengamanan di wilayah perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Kepala Staf Kepresidenan AS Mick Mulvaney mengungkapkan bahwa kemungkinan, shutdown setidaknya akan bertahan hingga 3 Januari 2018. Pada saat itu, Partai Demokrat baru akan resmi menjadi kelompok mayoritas di House of Representatives.
Kabar buruk lainnya datang dari beredarnya kabar bahwa Presiden AS Donald Trump mendiskusikan untuk memecat Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.
Walaupun sudah dibantah oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serangan terbaru Trump kepada The Fed dalam sebuah cuitan tertanggal 24 Desember membuat pelaku pasar masih khawatir bahwa Powell akan benar-benar dilengserkan dari posisinya.
"Satu-satunya masalah dalam ekonomi kita adalah The Fed. Mereka tidak merasakan (keinginan) pasar, mereka tidak mengerti pentingnya perang dagang atau begitu kuatnya dolar AS atau shutdown karena perbatasan. The Fed seperti pemain golf yang kuat tetapi tidak bisa mencetak angka, sebab dia tidak punya sentuhan!" cuit akun @realDonaldTrump.
Walaupun Powell ditunjuk oleh Trump, tapi nampaknya dirinya tak punya kuasa untuk melakukan pemecatan. Hal ini disuarakan sendiri oleh penasihat ekonominya, Larry Kudlow.
"Saya rasa tidak (bisa memecat Powell). Ini adalah mandat selama 4 tahun," ujar Powell, mengutip Washington Post.
Namun, perlu diingat juga bahwa Trump merupakan manusia dengan seribu satu cara. Guna memantik perang dagang, dirinya memanfaatkan alasan keamanan nasional untuk mengenakan bea masuk baru atas baja dan aluminium yang masuk ke negaranya.
Bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump menemukan sebuah celah yang bisa digunakan untuk melengserkan sang The Fed-1.
Seluruh sektor saham kompak melemah hingga akhir sesi 1, dengan pelemahan terbesar dialami oleh sektor aneka industri (-2,28%). Sementara itu, koreksi paling tipis terjadi pada sektor jasa keuangan (-0,03%).
5 besar saham yang berkontribusi paling signifikan dalam mendorong IHSG turun adalah: PT Astra International Tbk/ASII (-2,97%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,06%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-3,85%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-2,42%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,48%).
Investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 102,2 miliar di pasar saham tanah air.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 50,1 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 21,5 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 13,5 miliar), dan PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (Rp 12 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Nasib IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,32%, indeks Shanghai turun 0,02%, indeks Strait Times turun 1,23%, dan indeks Kospi turun 1,8%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,24 triliun dengan volume sebanyak 5,54 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 180.574 kali.
[Gambas:Video CNBC]
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -29 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya jauh menipis dari posisi penutupan terakhirnya (24/12/2018) yang sebesar -37 bps atau semakin mengarah ke inversi.
Jika dibandingkan dengan posisi awal November yang sebesar -82 bps, penipisan yang terjadi menjadi kian parah.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan menglami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Jika AS masuk ke dalam jurang resesi, laju perekonomian dunia tentu akan mendapatkan tekanan yang besar, mengingat posisinya yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di planet bumi.
Data-data ekonomi di AS juga kian mengonfirmasi bahwa resesi akan datang. Pada hari Jumat (21/12/2018), pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 3,4% (QoQ annualized), di bawah pembacaan sebelumnya dan konsensus yang sebesar 3,5%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode November diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% MoM, di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% MoM.
Seakan tak cukup sampai disitu, pemerintahan AS ternyata harus ditutup sebagian (partial government shutdown) sejak hari Sabtu kemarin (22/12/2018). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Legislatif memutuskan tidak dapat memenuhi permintaan Presiden AS Donald Trump yang menginginkan anggaran US$5 miliar untuk pengamanan di wilayah perbatasan, termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Kepala Staf Kepresidenan AS Mick Mulvaney mengungkapkan bahwa kemungkinan, shutdown setidaknya akan bertahan hingga 3 Januari 2018. Pada saat itu, Partai Demokrat baru akan resmi menjadi kelompok mayoritas di House of Representatives.
Kabar buruk lainnya datang dari beredarnya kabar bahwa Presiden AS Donald Trump mendiskusikan untuk memecat Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.
Walaupun sudah dibantah oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serangan terbaru Trump kepada The Fed dalam sebuah cuitan tertanggal 24 Desember membuat pelaku pasar masih khawatir bahwa Powell akan benar-benar dilengserkan dari posisinya.
"Satu-satunya masalah dalam ekonomi kita adalah The Fed. Mereka tidak merasakan (keinginan) pasar, mereka tidak mengerti pentingnya perang dagang atau begitu kuatnya dolar AS atau shutdown karena perbatasan. The Fed seperti pemain golf yang kuat tetapi tidak bisa mencetak angka, sebab dia tidak punya sentuhan!" cuit akun @realDonaldTrump.
Walaupun Powell ditunjuk oleh Trump, tapi nampaknya dirinya tak punya kuasa untuk melakukan pemecatan. Hal ini disuarakan sendiri oleh penasihat ekonominya, Larry Kudlow.
"Saya rasa tidak (bisa memecat Powell). Ini adalah mandat selama 4 tahun," ujar Powell, mengutip Washington Post.
Namun, perlu diingat juga bahwa Trump merupakan manusia dengan seribu satu cara. Guna memantik perang dagang, dirinya memanfaatkan alasan keamanan nasional untuk mengenakan bea masuk baru atas baja dan aluminium yang masuk ke negaranya.
Bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump menemukan sebuah celah yang bisa digunakan untuk melengserkan sang The Fed-1.
Seluruh sektor saham kompak melemah hingga akhir sesi 1, dengan pelemahan terbesar dialami oleh sektor aneka industri (-2,28%). Sementara itu, koreksi paling tipis terjadi pada sektor jasa keuangan (-0,03%).
5 besar saham yang berkontribusi paling signifikan dalam mendorong IHSG turun adalah: PT Astra International Tbk/ASII (-2,97%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,06%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-3,85%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-2,42%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,48%).
Investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 102,2 miliar di pasar saham tanah air.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 50,1 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 21,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 21,5 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 13,5 miliar), dan PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (Rp 12 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular