Bursa Saham Terbakar, Harga Batu Bara Terendah Sejak Mei 2018

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 December 2018 11:32
Pada penutupan perdagangan hari Senin (24/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka turun 0,69% ke level US$ 101/Metrik Ton (MT).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaPada penutupan perdagangan hari Senin (24/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka turun 0,69% ke level US$ 101/Metrik Ton (MT). Dengan pergerakan itu, harga si batu hitam menyentuh level terendahnya dalam 7 bulan lebih, atau sejak awal Mei 2018.

Harga batu bara mendapatkan tekanan dari kejatuhan bursa saham dunia, yang mengindikasikan pelaku pasar kini mulai pesimis terhadap kinerja ekonomi global.

Selain itu, harga batu bara juga tidak mendapatkan sokongan dari sisi fundamental. Pembatasan impor batu bara oleh pemerintah China juga masih menjadi faktor yang menghantui harga komoditas energi utama dunia ini.



Bursa saham utama Asia berguguran di sepanjang pekan lalu. Dalam seminggu, indeks Nikkei 225 amblas 6,81%, Hang Seng anjlok 1,31%, Shanghai Composite ambrol 2,99%, Kospi turun 0,38%, dan Straits Times jatuh 1,01%, secara point-to-point.

Kemudian, tiga indeks saham utama di Wall Street juga "kebakaran" pekan lalu. Dalam seminggu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 6,87%, S&P 500 ambrol 7,05%, dan Nasdaq Composite hancur 8,36%. 

DJIA mengalami koreksi mingguan terparah sejak Oktober 2008. Sedangkan koreksi S&P 500 menjadi yang terdalam sejak Agustus 2011, dan Nasdaq terburuk sejak November 2008.

Pelaku pasar nampaknya mulai pesimis terhadap performa ekonomi dunia. Pekan lalu, The Federal Reserve/The Fed memperkirakan ada perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3% dan tahun depan melambat ke 2,3%. 

Kemudian, investor juga semakin khawatir dengan risiko resesi di AS yang terlihat dari perkembangan di pasar obligasi. Pada akhir pekan lalu, yield obligasi AS tenor 2 tahun berada di 2,681% atau berselisih 12,55 bps dengan tenor 10 tahun. Pada 19 Desember, selisih yield dua instrumen ini sempat lebih tipis lagi di 12,2 bps.

Padahal dalam kondisi normal, jarak antara keduanya begitu lebar. Misalnya pada 20 Juni, selisih yield ada di 36,6 bps. Perbandingan yield tenor 2 dan 10 tahun kerap kali menjadi indikator untuk melihat pertanda awal terjadinya resesi.

Jika yield tenor 2 tahun mempersempit jarak dengan yang 10 tahun, apalagi kalau berhasil melampaui, maka itu disebut inverted. Inverted yield merupakan tanda-tanda awal dari resesi, yang biasanya terjadi sekitar setahun sesudahnya. Sebab, investor melihat risiko jangka pendek lebih besar ketimbang jangka panjang, sehingga meminta 'jaminan' yang lebih tinggi untuk tenor jangka pendek.

AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS terkapar, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global. 

Bicara mengenai ekonomi global, sinyal-sinyal perlambatan bahkan sudah mulai muncul di permukaan. Pekan lalu, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengumumkan pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 di kuartal III-2018 "hanya" sebesar 3,6% secara tahunan (year-on-year/YoY), melambat dari kuartal II-2018 sebesar 3,8% dan kuartal III-2017 sebesar 4%.

Adapun negara-negara importir utama batu bara kompak mengalami perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi China melambat ke 6,5% di kuartal III-2018, dari kuartal sebelumnya sebesar 6,7%. Sementara, ekonomi India melambat ke 7,2% di kuartal lalu, dari kuartal sebelumnya sebesar 7,8%.

Perlambatan ekonomi dunia yang semakin nyata lantas memunculkan persepsi bahwa permintaan energi (termasuk batu bara) akan ikut menurun. Hal ini menjadi sentimen negatif utama bagi harga batu bara di awal pekan ini.

Di tengah tidak kondusifnya sentimen negatif, harga batu bara justru tidak mendapat sokongan dari fundamental. Impor batu bara dari China tidak akan mampu meningkat, setidaknya hingga akhir tahun ini.

Hal tersebut tidak lepas dari pemerintah China yang memutuskan untuk membatasi impor batu bara di sepanjang tahun 2018. Mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters, impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.

Dengan regulasi itu, impor pada bulan Desember 2018 juga diperkirakan masih akan tertekan. Sebagai catatan, China hanya boleh membeli batu bara di kisaran 20 juta ton pada dua bulan terakhir tahun ini.

Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batu bara.

Sebagai informasi, impor batu bara China sudah turun 13,15% YoY ke angka 19,15 juta MT pada November 2018, berdasarkan data bea perdagangan yang dirilis awal bulan ini. Level itu merupakan yang terendah sejak Februari 2017.

China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Dinamika permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular