Tarik Ulur Sentimen Bikin Harga Batu Bara Flat

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 September 2018 10:39
Harga batu bara Newcastle kontrak acuan tercatat tidak mengalami perubahan di level US$113,7/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari ini
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle kontrak acuan tercatat tidak mengalami perubahan di level US$113,7/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Rabu (26/9/2018). Sentimen yang mempengaruhi harga batu bara cenderung stabil pada perdagangan kemarin.

Sentimen positif datang dari turunnya cadangan batu bara di sejumlah pembangkit listrik di China, serta naiknya volume impor dari sejumlah negara konsumen batu bara.

Sementara, sentimen negatif datang dari usaha dari China Railway Corporation, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China yang bergerak di bidang perkeretaapian, untuk memperbaiki rantai pasokan batu bara domestik. Selain itu, masih panasnya perang dagang AS-China juga masih menjadi pemberat harga batu bara.



Mengutip data teranyar dari China Coal Resource, cadangan batu bara di 6 pembangkit listrik utama China turun sebesar 3,7% WtW ke 14,83 juta ton, per hari Jumat (21/9/2018). Penurunan sebesar itu merupakan yang terbesar sejak akhir April 2018.

Berlangsungnya inspeksi lingkungan di sejumlah sentra produksi tambang di Negeri Tirai Bambu nampaknya masih membatasi produksi batu bara domestik. Berkurangnya pasokan tersebut lantas memaksa Negeri Panda untuk membuka keran impor batu bara.

Impor batu bara China tercatat menanjak 0,13 juta ton secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 3,83 juta ton dalam sepekan hingga tanggal 21 September 2018, mengutip data dari Global Ports.

Namun, tidak hanya Beijing yang meningkatkan pembelian batu bara, sejumlah negara konsumen batu bara juga membukukan peningkatan impor batu bara pada pekan lalu. Impor Jepang melambung 2 juta ton lebih secara WtW ke 3,56 juta ton.

Sementara impor Korea Selatan dan India juga meningkat masing-masing 0,42 juta ton dan 0,73 juta ton secara mingguan, pada pekan lalu. Permintaan yang tinggi dari negara-negara importir batu bara utama dunia ini lantas mampu menopang harga batu bara kemarin.

Di sisi lain, sentimen negatif yang membatasi penguatan harga datang dari China Railway Corp. yang sedang melakukan persiapan untuk memastikan pengiriman batu bara yang stabil selama perawatan jalur kereta Daqin.

China Railway kini meminta pihak pelabuhan untuk memastikan proses bongkar pasang kargo batu bara berjalan tepat waktu. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak terjadinya bottlenecking selama masa perawatan jalur kereta berlangsung.

Sentimen lancarnya jalur pasokan batu bara domestik di China lantas menjadi pemberat bagi harga batu bara kemarin. Pasalnya, jika pasokan batu bara dalam negeri lancar, kemungkinan besar stok China akan membaik. Ujung-ujungnya permintaan impor pun akan dikurangi.  

Faktor negatif lainnya datang dari perang dagang Washington-Beijing yang perkembangannya makin suram saja. Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump membela kebijakan perdagangan negaranya. Trump menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS bertindak berdasarkan kepentingan nasional.

"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah," tegas Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International melaporkan.

Pernyataan Trump ini memberi indikasi bahwa Washington tak akan melunak dalam menghadapi friksi dagang dengan China. Perang dagang yang semakin parah akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan arus perdagangan global. Alhasil, hal tersebut akan menjadi sentimen bahwa permintaan energi (termasuk batu bara ) akan tertekan.

Sentimen negatif dan positif yang saling tarik ulur tersebut lantas membuat harga batu bara flat pada hari ini.   


(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular