3 Hari Beruntun, Harga Batu Bara Flat di Level US$113,7/MT

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
28 September 2018 12:11
Dengan pergerakan kemarin, genap 3 hari berturut-turut sudah harga batu bara tertahan di level US$113,7/MT
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle kontrak acuan tercatat tidak mengalami perubahan di level US$113,7/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (27/9/2018). Dengan pergerakan itu, genap 3 hari berturut-turut sudah harga batu bara tertahan di level tersebut.

Sentimen yang mempengaruhi harga batu bara masih cenderung stabil pada perdagangan kemarin. Sentimen positif datang dari turunnya cadangan batu bara di sejumlah pembangkit listrik di China, serta naiknya volume impor dari sejumlah negara konsumen batu bara.

BACA: Tarik Ulur Sentimen Bikin Harga Batu Bara Flat

Sementara, sentimen negatif datang dari usaha dari China Railway Corporation, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China yang bergerak di bidang perkeretaapian, untuk memperbaiki rantai pasokan batu bara domestik. Selain itu, masih panasnya perang dagang AS-China juga masih menjadi pemberat harga batu bara.



Mengutip data teranyar dari China Coal Resource, cadangan batu bara di 6 pembangkit listrik utama China turun sebesar 3,7% WtW ke 14,83 juta ton, per hari Jumat (21/9/2018). Penurunan sebesar itu merupakan yang terbesar sejak akhir April 2018.

Berlangsungnya inspeksi lingkungan di sejumlah sentra produksi tambang di Negeri Tirai Bambu nampaknya masih membatasi produksi batu bara domestik. Berkurangnya pasokan tersebut lantas memaksa Negeri Panda untuk membuka keran impor batu bara.

Impor batu bara China tercatat menanjak 0,13 juta ton secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 3,83 juta ton dalam sepekan hingga tanggal 21 September 2018, mengutip data dari Global Ports.

Namun, tidak hanya Beijing yang meningkatkan pembelian batu bara, sejumlah negara konsumen batu bara juga membukukan peningkatan impor batu bara pada pekan lalu. Impor Jepang melambung 2 juta ton lebih secara WtW ke 3,56 juta ton.

Sementara impor Korea Selatan dan India juga meningkat masing-masing 0,42 juta ton dan 0,73 juta ton secara mingguan, pada pekan lalu. Permintaan yang tinggi dari negara-negara importir batu bara utama dunia ini lantas mampu menopang harga batu bara kemarin.

Negara-negara konsumen batu bara (khususnya di Belahan Bumi Utara) nampaknya mulai memenuhi stok batu bara dalam negeri untuk menghadapi musim dingin yang akan datang.

Di sisi lain, sentimen negatif yang membatasi penguatan harga datang dari China Railway Corp. yang sedang melakukan persiapan untuk memastikan pengiriman batu bara yang stabil selama perawatan jalur kereta Daqin.

China Railway kini meminta pihak pelabuhan untuk memastikan proses bongkar pasang kargo batu bara berjalan tepat waktu. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak terjadinya bottlenecking selama masa perawatan jalur kereta berlangsung.

Sentimen lancarnya jalur pasokan batu bara domestik di China lantas menjadi pemberat bagi harga batu bara kemarin. Pasalnya, jika pasokan batu bara dalam negeri lancar, kemungkinan besar stok China akan membaik. Ujung-ujungnya permintaan impor pun dikurangi. 

Faktor negatif lainnya datang dari perang dagang Washington-Beijing yang perkembangannya makin suram saja. Teranyar, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa China seharusnya menghormatinya karena "otaknya yang sangat, sangat besar", dalam konferensi pers, seperti dilansir dari CNBC International.

Mantan taipan properti itu juga mengungkit tuduhan bahwa Beijing mencoba ikut campur ke dalam pemilu Kongres AS di tahun ini, meski tidak memberi rincian lebih lanjut. Trump mengklaim bahwa China ingin dirinya kalah dalam pemilu karena "mereka (China) tidak pernah ditantang seperti ini".

Ketika didesak untuk mengemukakan rincian mengenai hal tersebut, Trump malah meminta perhatian untuk memanasnya konflik dagang antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

"China sekarang mengimpor US$250 miliar (Rp 3.730 triliun), dan mereka membayar 25% dari itu. Mereka membayar miliaran dan miliaran (dolar) - ini tidak pernah terjadi terhadap China, dan saya sangat menyukai China dan Presiden Xi," katanya.

Pernyataan Trump ini memberi indikasi bahwa Washington tak akan melunak dalam menghadapi friksi dagang dengan China. Perang dagang yang semakin parah akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan arus perdagangan global. Alhasil, hal tersebut akan menjadi sentimen bahwa permintaan energi (termasuk batu bara) akan tertekan.

Sentimen negatif dan positif yang saling tarik ulur tersebut lantas membuat harga batu bara flat pada hari ini.   

(RHG/wed) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular