
Simak Ramalan BI Soal CAD dan Risiko Ekonomi Tahun Depan
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 December 2018 08:26

Bank sentral dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir di 2018 memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di level 6%, sejalan dengan upaya mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.
Selain itu, keputusan tersebut juga sejalan dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan serta sudah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.
Meski demikian, bank sentral tetap melihat masih ada sejumlah risiko yang harus diwaspadai tahun depan. Pertama, adalah rencana berlanjutnya kenaikan bunga acuan bank sentral AS tahun depan sebanyak dua kali.
"Kami mencermati arah kebijakan FFR di 2019 yang sebelumnya kami perkirakan naik tiga kali. Dengan keputusan tadi malam kemungkinan probabilitasnya di 2019 tidak tiga kali, tapi mengarah ke dua kali," jelasnya.
Sementara dari Eropa, kondisi perekonomian cenderung melambat meskipun arah normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) di 2019 tetap menjadi perhatian bagi bank sentral.
Pertumbuhan ekonomi China terus melambat dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto antara lain akibat pengaruh ketegangan hubungan dagang dengan AS, serta berlanjutnya proses deleveraging di sistem keuangan.
"Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai serta risiko hubungan dagang antar negara dan geo-politik yang masih tinggi berdampak pada tetap rendahnya volume perdagangan dunia,"
"Sejalan dengan itu, harga komoditas global menurun, termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS, OPEC, dan Rusia,"
"Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya," jelasn Perry. (prm)
Selain itu, keputusan tersebut juga sejalan dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan serta sudah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.
Meski demikian, bank sentral tetap melihat masih ada sejumlah risiko yang harus diwaspadai tahun depan. Pertama, adalah rencana berlanjutnya kenaikan bunga acuan bank sentral AS tahun depan sebanyak dua kali.
Sementara dari Eropa, kondisi perekonomian cenderung melambat meskipun arah normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB) di 2019 tetap menjadi perhatian bagi bank sentral.
Pertumbuhan ekonomi China terus melambat dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto antara lain akibat pengaruh ketegangan hubungan dagang dengan AS, serta berlanjutnya proses deleveraging di sistem keuangan.
"Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai serta risiko hubungan dagang antar negara dan geo-politik yang masih tinggi berdampak pada tetap rendahnya volume perdagangan dunia,"
"Sejalan dengan itu, harga komoditas global menurun, termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS, OPEC, dan Rusia,"
"Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya," jelasn Perry. (prm)
Pages
Most Popular