
Sempat Anjlok 1,04% & IHSG Ditutup Turun 0,46%, Kenapa?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 December 2018 17:02

Aksi jual di kawasan regional juga terjadi seiring dengan keputusan The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.
Lebih lanjut, The Fed memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak 3 kali (75 bps).
The Fed nampaknya masih keras kepala. Pasalnya, pelaku pasar sebenarnya mengharapkan bahwa The Fed akan lebih berani dalam mengerem normalisasinya. Hingga Rabu sore (19/12/2018), berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% (tidak ada kenaikan suku bunga acuan) pada tahun 2019 adalah sebesar 46,7%, naik dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 23,9%.
The Fed masih akan agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga acuan terlepas dari diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 3%, turun 10 bps dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,1%. Untuk tahun 2019, angkanya diproyeksikan melandai ke level 2,3%, juga lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Ditengah perang dagang dengan China yang belum benar-benar usai, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan akan memukul perekonomian AS lebih dalam dari yang diproyeksikan The Fed.
Apalagi, The Fed masih akan terus mengurangi besaran dari neracanya, yang berarti suntikan likuiditas ke pasar akan berkurang.
"Saya rasa pengurangan di neraca berlangsung mulus dan sesuai dengan tujuan awalnya. Saya tidak akan mengubah itu," tegas Powell dalam konferensi pers, mengutip Reuters.
Sebagai informasi, sejak krisis keuangan global 1 dekade lalu, The Fed rajin membeli surat-surat berharga untuk memberikan stimulus kepada perekonomian AS (quantitative easing). (ank/ank)
Lebih lanjut, The Fed memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak 3 kali (75 bps).
The Fed nampaknya masih keras kepala. Pasalnya, pelaku pasar sebenarnya mengharapkan bahwa The Fed akan lebih berani dalam mengerem normalisasinya. Hingga Rabu sore (19/12/2018), berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% (tidak ada kenaikan suku bunga acuan) pada tahun 2019 adalah sebesar 46,7%, naik dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 23,9%.
Ditengah perang dagang dengan China yang belum benar-benar usai, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan akan memukul perekonomian AS lebih dalam dari yang diproyeksikan The Fed.
Apalagi, The Fed masih akan terus mengurangi besaran dari neracanya, yang berarti suntikan likuiditas ke pasar akan berkurang.
"Saya rasa pengurangan di neraca berlangsung mulus dan sesuai dengan tujuan awalnya. Saya tidak akan mengubah itu," tegas Powell dalam konferensi pers, mengutip Reuters.
Sebagai informasi, sejak krisis keuangan global 1 dekade lalu, The Fed rajin membeli surat-surat berharga untuk memberikan stimulus kepada perekonomian AS (quantitative easing). (ank/ank)
Next Page
Rupiah Melemah, Saham Bank Buku 4 DIlego
Pages
Most Popular