Rupiah KO Lawan Yen Hingga Peso

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 December 2018 12:28
Rupiah KO Lawan Yen Hingga Peso
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hingga tengah hari ini. Tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun tidak bisa berbicara banyak di hadapan berbagai mata uang utama Asia. 

Pada Jumat (14/12/2018) pukul 12:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.551. Rupiah melemah 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Sejak pembukaan pasar spot, rupiah tidak pernah menyentuh zona hijau. Bahkan yang ada depresiasinya semakin dalam. 


Situasi ini berbanding terbalik dengan kemarin, di mana rupiah menguat seharian dan ditutup terapresiasi 0,72% di hadapan dolar AS. Penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia. 


Hari ini, status rupiah jatuh. Dari pemimpin Asia, rupiah kini menjadi mata uang terlemah kedua di Benua Kuning. Rupiah hanya lebih beruntung dibandingkan won Korea Selatan yang melemah di kisaran 0,5%. 


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:05 WIB: 



Namun nasib rupiah ternyata lebih apes. Di hadapan mata uang utama Asia, rupiah juga tidak berdaya. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 12:09 WIB: 

 

Padahal, seperti halnya di hadapan dolar AS, rupiah kemarin berhasil menguat terhadap seluruh mata uang utama Asia. Hari ini semua berubah, justru rupiah yang dikepung habis-habisan.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sentimen domestik yang membebani rupiah adalah kebutuhan valas korporasi sedang tinggi karena jelang akhir tahun. Apalagi perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, mereka berkewajiban mengirimkan laba ke negara asalnya. Ini membuat rupiah mengalami tekanan jual sehingga melemah. 

Selain itu, Indonesia juga dinilai rentan mengalami masalah di transaksi berjalan (current account). Ini karena neraca perdagangan November diperkirakan kembali defisit, bahkan cukup dalam. 

Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan akan defisit cukup dalam yaitu US$ 1,185 miliar. Pada Oktober, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,82 miliar. 

Nasib transaksi berjalan yang di ujung tanduk ini tentu berdampak kepada rupiah. Mata uang Tanah Air akan tetap kekurangan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa sehingga sulit menguat. 

Akibatnya aset-aset berbasis rupiah mengalami tekanan jual. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 270,62 miliar pada penutupan perdagangan Sesi I yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,06%.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular