
Rupiah Sukses Tuntaskan Misi Balas Dendam
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 December 2018 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat hari ini. Misi balas dendam rupiah berjalan sukses.
Pada Kamis (13/12/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.490 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,72% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Penguatan hari ini sebenarnya sudah bisa diperkirakan sebelum pasar spot dibuka. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Rupiah membuka perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,52%. Setelah itu penguatan rupiah sempat tergerus, tetapi tidak berlangsung lama.
Mata uang Tanah Air kemudian melesat tanpa pernah menyentuh zona merah sama sekali. Rupiah pun menuntaskan misi balas dendamnya. Sejak awal pekan, rupiah tidak pernah mengakhiri hari dengan penguatan.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Hari ini, mata uang utama Asia memang mayoritas menguat terhadap dolar AS. Namun rupiah seakan melesat sendirian meninggalkan para kompatriotnya.
Dengan apresiasi 0,72%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam hal penguatan di hadapan greenback, tidak ada yang lebih baik dibandingkan rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:11 WIB:
Semesta Mendukung Rupiah
Semesta memang mendukung penguatan rupiah dkk di Asia. investor sedang bungah, sedang berseri-seri, sedang berhasrat tinggi. Penyebabnya adalah situasi global yang tengah kondusif, nyaris tanpa risiko.
Pertama, hubungan AS-China kini semakin mesra. China menunjukkan itikad baik untuk berdamai dengan memborong kedelai asal AS. Reuters memberitakan, perusahaan milik negara di China membeli lebih dari 500.000 ton kedelai AS senilai US$ 180 juta.
AS kemudian mempertimbangkan untuk memperpanjang masa gencatan senjata berlaku selama 90 hari. Hasil pembicaraan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan ini adalah kedua negara sepakat untuk tidak menaikkan dan menambah bea masuk dalam 1,5 bulan ke depan.
Trump menilai China benar-benar berkomitmen untuk meningkatkan hubungan dengan AS dan dunia. Oleh karena itu, Washington mempertimbangkan untuk memperpanjang masa tenang tersebut.
"Proses dialog dengan China sangat menjanjikan. Bapak Presiden mengindikasikan bahwa ada perkembangan yang baik, positif, dan aksi konkret. Beliau mungkin saja, mungkin, berkenan untuk memperpanjang (masa gencatan senjata). Kita lihat saja," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.
Kedua, ada perkembangan baik dari Inggris. Meski mendapat mosi tidak percaya, hasil pemungutan suara di parlemen ternyata tidak menggoyahkan Theresa May dari kursi Perdana Menteri.
May memenangkan dukungan parlemen dengan memperoleh 200 suara, sementara jumlah suara yang ingin mendongkelnya adalah 117. Perkembangan ini membuat proses pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menemui kepastian, karena tidak ada pergantian kepemimpinan.
Ketiga, Italia juga memberikan kabar baik. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte semakin melunak soal rencana anggaran 2019.
Awalnya, Roma mengajukan rancangan anggaran 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditolak Uni Eropa karena dianggap terlampau agresif. Italia diminta mengurangi defisit agar tidak kembali jatuh ke jurang krisis fiskal seperti pada 2009-2010 lalu.
Mengutip Reuters, Conte disebut-sebut akan mengajukan rancangan anggaran baru dengan defisit 2% PDB. Sepertinya kekhawatiran soal drama fiskal Italia bisa segera diselesaikan.
Keempat adalah harga minyak yang masih terkoreksi. Pada pukul 16:19 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,18%.
Penurunan harga minyak menjadi kabar gembira bagi rupiah, karena membantu menghemat devisa dari impor migas sehingga mengurangi beban transaksi berjalan. Rupiah pun punya modal yang lebih kuat untuk terapresiasi.
Semesta memang benar-benar mendukung rupiah hari ini. Oleh karena itu, rupiah berhasil menuntaskan misi balas dendam dengan mulus nyaris tanpa gangguan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (13/12/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.490 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,72% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Penguatan hari ini sebenarnya sudah bisa diperkirakan sebelum pasar spot dibuka. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Mata uang Tanah Air kemudian melesat tanpa pernah menyentuh zona merah sama sekali. Rupiah pun menuntaskan misi balas dendamnya. Sejak awal pekan, rupiah tidak pernah mengakhiri hari dengan penguatan.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Hari ini, mata uang utama Asia memang mayoritas menguat terhadap dolar AS. Namun rupiah seakan melesat sendirian meninggalkan para kompatriotnya.
Dengan apresiasi 0,72%, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam hal penguatan di hadapan greenback, tidak ada yang lebih baik dibandingkan rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:11 WIB:
Semesta Mendukung Rupiah
Semesta memang mendukung penguatan rupiah dkk di Asia. investor sedang bungah, sedang berseri-seri, sedang berhasrat tinggi. Penyebabnya adalah situasi global yang tengah kondusif, nyaris tanpa risiko.
Pertama, hubungan AS-China kini semakin mesra. China menunjukkan itikad baik untuk berdamai dengan memborong kedelai asal AS. Reuters memberitakan, perusahaan milik negara di China membeli lebih dari 500.000 ton kedelai AS senilai US$ 180 juta.
AS kemudian mempertimbangkan untuk memperpanjang masa gencatan senjata berlaku selama 90 hari. Hasil pembicaraan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan ini adalah kedua negara sepakat untuk tidak menaikkan dan menambah bea masuk dalam 1,5 bulan ke depan.
Trump menilai China benar-benar berkomitmen untuk meningkatkan hubungan dengan AS dan dunia. Oleh karena itu, Washington mempertimbangkan untuk memperpanjang masa tenang tersebut.
"Proses dialog dengan China sangat menjanjikan. Bapak Presiden mengindikasikan bahwa ada perkembangan yang baik, positif, dan aksi konkret. Beliau mungkin saja, mungkin, berkenan untuk memperpanjang (masa gencatan senjata). Kita lihat saja," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.
Kedua, ada perkembangan baik dari Inggris. Meski mendapat mosi tidak percaya, hasil pemungutan suara di parlemen ternyata tidak menggoyahkan Theresa May dari kursi Perdana Menteri.
May memenangkan dukungan parlemen dengan memperoleh 200 suara, sementara jumlah suara yang ingin mendongkelnya adalah 117. Perkembangan ini membuat proses pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menemui kepastian, karena tidak ada pergantian kepemimpinan.
Ketiga, Italia juga memberikan kabar baik. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte semakin melunak soal rencana anggaran 2019.
Awalnya, Roma mengajukan rancangan anggaran 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditolak Uni Eropa karena dianggap terlampau agresif. Italia diminta mengurangi defisit agar tidak kembali jatuh ke jurang krisis fiskal seperti pada 2009-2010 lalu.
Mengutip Reuters, Conte disebut-sebut akan mengajukan rancangan anggaran baru dengan defisit 2% PDB. Sepertinya kekhawatiran soal drama fiskal Italia bisa segera diselesaikan.
Keempat adalah harga minyak yang masih terkoreksi. Pada pukul 16:19 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,18%.
Penurunan harga minyak menjadi kabar gembira bagi rupiah, karena membantu menghemat devisa dari impor migas sehingga mengurangi beban transaksi berjalan. Rupiah pun punya modal yang lebih kuat untuk terapresiasi.
Semesta memang benar-benar mendukung rupiah hari ini. Oleh karena itu, rupiah berhasil menuntaskan misi balas dendam dengan mulus nyaris tanpa gangguan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular