
Sudah Cukup Lama Teraniaya, Rupiah Diangkat Derajatnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 December 2018 14:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah benar-benar luar biasa hari ini. Tidak cuma di hadapan dolar Amerika Serikat, rupiah pun menguat terhadap berbagai mata uang di Asia.
Pada Kamis (13/12/2018) pukul 14:06 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.480. Rupiah menguat 0,79% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Betul bahwa mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Namun yang membuat rupiah menjadi eksepsional adalah penguatan mata uang ini menjadi yang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 14:08 WIB:
Rupiah menjadi lebih spesial karena ternyata mampu menguat juga terhadap seluruh mata uang utama Asia. Bahkan terhadap beberapa mata uang, penguatan rupiah hampir mencapai 1%.
Berikut nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:11 WIB:
Harga Minyak Bantu Rupiah
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (13/12/2018) pukul 14:06 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.480. Rupiah menguat 0,79% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Betul bahwa mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Namun yang membuat rupiah menjadi eksepsional adalah penguatan mata uang ini menjadi yang terbaik di Asia.
Rupiah menjadi lebih spesial karena ternyata mampu menguat juga terhadap seluruh mata uang utama Asia. Bahkan terhadap beberapa mata uang, penguatan rupiah hampir mencapai 1%.
Berikut nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:11 WIB:
Harga Minyak Bantu Rupiah
Ada beberapa faktor yang membuat rupiah mampu digdaya hari ini. Pertama adalah harga minyak. Pada pukul 14:15 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,43%.
Koreksi harga minyak disebabkan oleh ekspor minyak Iran yang membaik, meski tengah menjalani sanksi embargo dari AS sejak 4 November lalu. Hal tersebut dikemukakan langsung oleh Presiden Iran Hassan Rouhani.
"AS telah memblokade ekspor minyak kami, Namun jujur saja, ekspor minyak Iran justru naik. Jadi AS telah gagal," tegasnya dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi nasional, mengutip Reuters.
Selain itu, harga si emas hitam juga tertekan karena proyeksi teranyar yang dirilis Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Dalam laporan bulanannya, OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia pada 2019 sebesar 31,44 juta barel/hari. Turun 100.000 barel/hari dibandingkan proyeksi sebelumnya, dan di bawah tingkat produksi global yang saat ini mendekati 33 juta barel/hari.
Artinya, ancaman kelebihan pasokan alias oversupply masih menghantui komoditas ini. Barang yang pasokannya berlimpah tentu harganya turun, dan ini yang sedang terjadi pada minyak.
Penurunan harga minyak menjadi kabar gembira bagi rupiah, karena membantu menghemat devisa dari impor migas sehingga mengurangi beban transaksi berjalan. Rupiah pun punya modal yang lebih kuat untuk terapresiasi.
Depresiasi Sudah Terlampau Lama
Kedua adalah depresiasi rupiah sejak awal Desember sudah lumayan dalam. Sejak 3 Desember hingga kemarin, rupiah melemah 2,87% di hadapan yen Jepang.
Kemudian melawan yuan China, rupiah anjlok 2,59%. Lalu terhadap won Korea Selatan, rupiah terdepresiasi 1,09%.
Di level ASEAN, rupiah melemah 2,15% di hadapan dolar Singapura. Sementara terhadap ringgit Malaysia, rupiah amblas 2,04%.
Rupiah mungkin sudah terlalu lama teraniaya. Oleh karena itu, hari ini sudah saatnya diangkat derajatnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Koreksi harga minyak disebabkan oleh ekspor minyak Iran yang membaik, meski tengah menjalani sanksi embargo dari AS sejak 4 November lalu. Hal tersebut dikemukakan langsung oleh Presiden Iran Hassan Rouhani.
"AS telah memblokade ekspor minyak kami, Namun jujur saja, ekspor minyak Iran justru naik. Jadi AS telah gagal," tegasnya dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi nasional, mengutip Reuters.
Selain itu, harga si emas hitam juga tertekan karena proyeksi teranyar yang dirilis Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Dalam laporan bulanannya, OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia pada 2019 sebesar 31,44 juta barel/hari. Turun 100.000 barel/hari dibandingkan proyeksi sebelumnya, dan di bawah tingkat produksi global yang saat ini mendekati 33 juta barel/hari.
Artinya, ancaman kelebihan pasokan alias oversupply masih menghantui komoditas ini. Barang yang pasokannya berlimpah tentu harganya turun, dan ini yang sedang terjadi pada minyak.
Penurunan harga minyak menjadi kabar gembira bagi rupiah, karena membantu menghemat devisa dari impor migas sehingga mengurangi beban transaksi berjalan. Rupiah pun punya modal yang lebih kuat untuk terapresiasi.
Depresiasi Sudah Terlampau Lama
Kedua adalah depresiasi rupiah sejak awal Desember sudah lumayan dalam. Sejak 3 Desember hingga kemarin, rupiah melemah 2,87% di hadapan yen Jepang.
Kemudian melawan yuan China, rupiah anjlok 2,59%. Lalu terhadap won Korea Selatan, rupiah terdepresiasi 1,09%.
Di level ASEAN, rupiah melemah 2,15% di hadapan dolar Singapura. Sementara terhadap ringgit Malaysia, rupiah amblas 2,04%.
Rupiah mungkin sudah terlalu lama teraniaya. Oleh karena itu, hari ini sudah saatnya diangkat derajatnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular