Theresa May Akan Dilengserkan, Poundsterling Tergelincir

Anthony Kevin & Prima Wirayani, CNBC Indonesia
12 December 2018 15:26
Poundsterling tergelincir pasca pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Theresa May diumumkan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Hal yang ditakutkan pelaku pasar akhirnya menjadi kenyataan. Beberapa saat yang lalu, pemungutan suara atas mosi tidak percaya atau non-confidence vote terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Inggris Theresa May resmi diumumkan.

Pengumuman ini terjadi setelah batas minimum yang dibutuhkan untuk mengadakan pemungutan suara itu, yakni 48 surat dari anggota Partai Konservatif, terpenuhi.


Pemungutan suara terkait nasib kepemimpinan May akan digelar pada hari ini juga, Rabu (12/12/2018), pukul 18:00-20:00 waktu setempat. Saat ini, waktu di Inggris menunjukkan pukul 08:10.

Pada perdagangan hari ini, poundsterling sempat menguat hingga 0,26% melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot ke level GBP 1,2516. Kini, penguatannya tersisa 0,02% saja ke level GBP 1,2486. Poundsterling bahkan sempat melemah sebesar 0,07% ke titik terendahnya hari ini di level GBP 1,2475.

Keputusan anggota Partai Konservatif untuk memakzulkan pimpinannya sendiri nampak merupakan bentuk kekecewaan terhadap sikap May yang justru membatalkan pemungutan suara atas kesepakatan Brexit yang sudah disepakati dengan Uni Eropa.

Sejatinya, pemungutan suara tersebut dijadwalkan untuk digelar kemarin, Selasa (11/12/2018).

May mengatakan isu yang terkait dengan backstop di Irlandia Utara masih menjadi kekhawatiran dan dirinya akan kembali menegosiasikan perjanjian yang sudah ada dengan Uni Eropa.

"Saya akan mengadakan perbincangan darurat dengan para pimpinan Uni Eropa untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (yang mungkin dilakukan) terkait backstop," papar May.

May kemudian bertolak ke Den Haag untuk bertemu dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan lajut bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel di Berlin, sebelum beranjak ke Brussel.


Hasil lawatan tersebut adalah negara-negara Uni Eropa siap membantu Inggris untuk memberi penjelasan dan jaminan mengenai hak-hak Negeri Ratu Elizabeth saat sudah resmi bercerai pada 29 Maret 2019. Namun, pintu renegosiasi tetap tertutup.

"Tidak ada ruang atau apa pun untuk renegosiasi. Namun tentu ada ruang untuk memberikan klarifikasi dan interpretasi tanpa membuka kembali kesepakatan yang ada. Kesepakatan yang sudah dicapai adalah yang terbaik, satu-satunya opsi yang tersedia," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, mengutip Reuters.

Jika sampai May dilengserkan dari posisinya, nasib Brexit akan menjadi kian tidak jelas.
TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank) Next Article Theresa May Tenangkan Pasar, Poundsterling Berlipat Ganda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular