'Demam' Rupiah Agak Mereda, Tapi Masih Paling Lesu di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2018 17:10
Dolar AS Sedang Bermasalah
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rupiah mampu memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS nyaris sepanjang hari ini. Pada pukul 16:37 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,27%.  

Dolar AS tertekan akibat sentimen negatif eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, dolar AS terbeban oleh perkembangan positif dari hubungan dagang AS-China.  

Mengutip Reuters, Wakil Perdana Menteri China Liu He telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. Beijing dan Washington tengah menyusun rencana kerja sebagai tindak lanjut kesepakatan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di Xi Jinping di Argentina awal bulan ini. 

"Kedua pihak (Liu-Mnuchin dan Lighthizer) bertukar pandangan mengenai implementasi dari konsensus yang dibuat oleh para pemimpin negara. Kedua pihak juga mendorong percepatan jadwal dan peta jalan (roadmap) pembicaraan di tingkat selanjutnya," sebut keterangan Kementerian Perdagangan China. 

Aura damai dagang AS-China kembali merebak dan investor berbunga-bunga. Arus modal pun menjauhi dolar AS, karena investor agak enggan bermain aman. Mata uang Asia mendapat berkahnya, sehingga penguatan merebak di Benua Kuning. 

Sementara dari dalam negeri, investor dibuat cemas karena muncul indikasi resesi di perekonomian Negeri Paman Sam. Tanda-tanda ini ada di pasar obligasi pemerintah. 

Pada pukul 16:42 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di 2,7415% sementara untuk tenor 3 tahun adalah 2,7514%. Lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yaitu 2,7344%. 

Yield tenor pendek yang lebih tinggi ketimbang tenor panjang sering disebut inverted yield. Bagi pelaku pasar, inverted yield (apalagi jika bertahan cukup lama) adalah prediktor bagi terjadinya resesi. Sebab, pelaku pasar menilai risiko dalam jangka pendek lebih tinggi dibandingkan jangka panjang. 


Rupiah juga mampu menipiskan pelemahan karena harga minyak yang berbalik turun, setelah hampir seharian menguat. Pada pukul 16:45 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,27% dan light sweet berkurang 0,37%. 


Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah kabar bahagia. Apabila harga minyak turun, maka biaya untuk impor migas akan ikut berkurang. Dengan demikian, valas yang 'terbuang' untuk impor pun bisa dihemat sehingga rupiah punya lebih banyak modal untuk menguat. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular