
Analisis Teknikal
Siap-Siap! IHSG Masih Berpotensi Menguat
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
11 December 2018 08:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali pekan ke-dua pada bulan terakhir tahun ini dengan pelemahan bukan berarti kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) buruk. Justru IHSG menjadi bursa saham yang paling tahan koreksi dengan pelemahan 0,24% ke level 6.111 di antara bursa-bursa utama Asia lainnya, Senin (10/12/2018) kemarin.
Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi bursa dalam negeri akan kembali bergerak variatif cenderung menguat hari ini, Selasa (11/12/2018). Rentang pergerakannya antara 6.082 hingga 6.150. Potensi penguatan berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Dari bursa global, tiga indeks utama Wall Street kembali menghijau karena saham-saham berbasis teknologi berbalik arah setelah tertekan hebat. Mengalami Saham Facebook naik 3,2%, Amazon, Netflix dan Alphabet semuanya naik lebih dari 0,6%.
Indeks Dow Jones pun akhirnya berhasil ditutup menguat 0,14%, sementara S&P 500 mengalami kenaikan 0,2%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,7%.
Namun demikian, bursa AS tersebut masih dibayangi koreksi akibat sentimen negatif inverted yield obligasi yang menunjukan gejala resesi masih belum berbalik dan Brexit yang tak jelas setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan penundaan pemungutan suara terkait Brexit di parlemen, yang awalnya dijadwalkan hari Selasa.
Dari dalam negeri, IHSG melemah seiring dengan bursa Asia kemarin yang melemah. Nikkei anjlok 2,12%, indeks Shanghai turun 0,82%, indeks Hang Seng tergelincir 1,19%, indeks Strait Times terpeleset 1,14%, dan indeks Kospi jatuh 1,06%, ASX juga anjlok 2,26%.
Entah apa yang membuat IHSG masih bertahan, padahal investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,05 triliun di semua pasar. Asing masih membukukan net sell senilai Rp 47,4 triliun sejak awal tahun,.
Ternyata, dinamika sektoral yang terjadi pada sesi II cukup berpengaruh. Sektor konsumer mengikis pelemahannya menjadi 0,23% dari posisi terendahnya 0,55%.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan data penjualan ritel yang melemah, penjualan ritel Oktober hanya naik 2,9%, lebih rendah dari periode sebelumnya 4,8%.
Pelaku pasar nampaknya telah melakukan antisipasi sehingga tidak melakukan penjualan dan bahkan berbalik mengoleksi saham sektor konsumer yang terkoreksi cukup dalam.
Sektor infrastruktur yang dimotori TLKM berbalik menguat membantu pengikisan akan pelemahan pada IHSG. Mengalami pelemahan terdalamnya yaitu 1,29%, sektor infrastruktur berbalik arah dan menipiskan koreksi menjadi 0,1%, seiring saham TLKM menguat 0,27%.
Sektor lainnya yang juga berbalik arah pada sesi II adalah industri dasar yang menguat 0,19%, dari pelemahan terendahnya 0,98% pada akhir sesi dua.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
Pada penutupan bursa saham kemarin, secara grafik IHSG membentuk pola hanging man, pola tersebut menggambarkan potensi akan koreksi.
Namun demikian, posisi IHSG hanya terpaut tipis di bawah rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), yang mengindikasikan IHSG masih cenderung berfluktuasi dan berpotensi menguat.
Posisi indeks yang berada pada area netral jika mengacu ke indikator stochastic slow, menunjukan bahwa ruang kenaikan masih cukup terbuka.
Tim Riset memandang lebih kondusifnya bursa global yang ditunjukan oleh bursa AS yang menguat, serta pergerakan IHSG secara teknikal yang masih menyisakan ruang kenaikan berpotensi akan menutup perdagangan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article IHSG Memang Menguat Pekan Ini, Tapi....
Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi bursa dalam negeri akan kembali bergerak variatif cenderung menguat hari ini, Selasa (11/12/2018). Rentang pergerakannya antara 6.082 hingga 6.150. Potensi penguatan berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Dari bursa global, tiga indeks utama Wall Street kembali menghijau karena saham-saham berbasis teknologi berbalik arah setelah tertekan hebat. Mengalami Saham Facebook naik 3,2%, Amazon, Netflix dan Alphabet semuanya naik lebih dari 0,6%.
Namun demikian, bursa AS tersebut masih dibayangi koreksi akibat sentimen negatif inverted yield obligasi yang menunjukan gejala resesi masih belum berbalik dan Brexit yang tak jelas setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan penundaan pemungutan suara terkait Brexit di parlemen, yang awalnya dijadwalkan hari Selasa.
Dari dalam negeri, IHSG melemah seiring dengan bursa Asia kemarin yang melemah. Nikkei anjlok 2,12%, indeks Shanghai turun 0,82%, indeks Hang Seng tergelincir 1,19%, indeks Strait Times terpeleset 1,14%, dan indeks Kospi jatuh 1,06%, ASX juga anjlok 2,26%.
Entah apa yang membuat IHSG masih bertahan, padahal investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,05 triliun di semua pasar. Asing masih membukukan net sell senilai Rp 47,4 triliun sejak awal tahun,.
Ternyata, dinamika sektoral yang terjadi pada sesi II cukup berpengaruh. Sektor konsumer mengikis pelemahannya menjadi 0,23% dari posisi terendahnya 0,55%.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan data penjualan ritel yang melemah, penjualan ritel Oktober hanya naik 2,9%, lebih rendah dari periode sebelumnya 4,8%.
Pelaku pasar nampaknya telah melakukan antisipasi sehingga tidak melakukan penjualan dan bahkan berbalik mengoleksi saham sektor konsumer yang terkoreksi cukup dalam.
Sektor infrastruktur yang dimotori TLKM berbalik menguat membantu pengikisan akan pelemahan pada IHSG. Mengalami pelemahan terdalamnya yaitu 1,29%, sektor infrastruktur berbalik arah dan menipiskan koreksi menjadi 0,1%, seiring saham TLKM menguat 0,27%.
Sektor lainnya yang juga berbalik arah pada sesi II adalah industri dasar yang menguat 0,19%, dari pelemahan terendahnya 0,98% pada akhir sesi dua.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
![]() |
Pada penutupan bursa saham kemarin, secara grafik IHSG membentuk pola hanging man, pola tersebut menggambarkan potensi akan koreksi.
Namun demikian, posisi IHSG hanya terpaut tipis di bawah rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), yang mengindikasikan IHSG masih cenderung berfluktuasi dan berpotensi menguat.
Posisi indeks yang berada pada area netral jika mengacu ke indikator stochastic slow, menunjukan bahwa ruang kenaikan masih cukup terbuka.
Tim Riset memandang lebih kondusifnya bursa global yang ditunjukan oleh bursa AS yang menguat, serta pergerakan IHSG secara teknikal yang masih menyisakan ruang kenaikan berpotensi akan menutup perdagangan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article IHSG Memang Menguat Pekan Ini, Tapi....
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular